Selain itu, terutama pada era sosial media seperti saat ini, faktor mouth to mouth berupa ulasan dan komentar penonton sebuah film di internet diduga bisa ikut memengaruhi keputusan calon penonton untuk memilih film yang akan ditonton. Salah satu faktor yang bisa membuat faktor mouth to mouth tersebut adalah cerita film itu sendiri.
Hal ini terjadi pada Jumbo. Begitu dirilis pada Lebaran 2025, cerita Jumbo dan eksekusi teknisnya mampu menarik minat penonton. Mouth to mouth pun terjadi, komentar positif dari satu orang menyambar ke orang yang lain, membuat penasaran, hingga akhirnya datang ke bioskop untuk membuktikan. Apalagi ditambah momentum liburan seperti Lebaran.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Publik merasa disuguhi tayangan yang memanjakan. Ini membangkitkan lagi bioskop sebagai ruang hiburan bagi anak-anak Indonesia," kata pengamat sekaligus akademisi film, Satrio Pepo Pamungkas, kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Dia pas banget (rilis) saat libur Lebaran, kan banyak (tayangan) horor sama drama, lalu tiba-tiba ada satu animasi cerita tentang Indonesia di era liburan anak dan keluarga. Itu jadi momentum yang membuat Jumbo dibicarakan, jadi tren di kalangan anak-anak kecil," paparnya.
Selain itu, film animasi yang sebagian besar bercerita untuk penonton anak-anak, seperti Jumbo menjadi penyebab lainnya mengapa penonton film animasi lokal bisa semakin berkembang.
"Karena anak nonton, orang tua harus nonton. Jadi satu kuota menonton bisa menarik tiga sampai empat orang. Kalau film dewasa paling sepasang atau sendiri. Nah, Jumbo ini menarik banyak karena anak ngajak bapak-ibunya, bahkan sepupu atau teman-temannya," kata Satrio.
"Anak-anak itu kan cara nontonnya bisa berulang. Sudah menonton, bisa menonton lagi. Itu luar biasa mendongkrak jumlah tiket yang terjual. Bahkan kalau enggak ditahan, ya akan ditonton terus."
Maka dari itu, jawaban dari kenapa film animasi lokal kian berkembang di layar lebar adalah karena industrinya mampu untuk terus berpogres menghasilkan cerita dan narasi yang terhubung dengan penonton, sembari terus memperbaiki kualitas teknis agar tak kalah dari film animasi luar bikinan Hollywood.
"Karena kita sering dengar ya hasil tidak mengkhianati usaha. Jadi, memang kami mengusahakan yang terbaik," kata Ryan Adriandhy, kreator Jumbo kepada CNNIndonesia.com dalam kesempatan terpisah.
"Dari proses pematangan cerita, kemudian pemilihan cast, proses rekamannya, kemudian mengumpulkan 420 [animator] ini yang terbaik yang menurut kami bisa mewujudkan visi Jumbo itu seperti apa," lanjutnya.
"Jadi, aku berharap kesuksesan Jumbo setelah ini kesimpulan yang diambil oleh orang-orang tidak salah. Bukan berarti kayak, 'oh kalau ingin di atas 7 juta bikin animasi aja'. Bukan itu sebenarnya kesimpulannya," kata Ryan.
"Kesimpulannya bukan itu, lebih kepada kalau mau investasi, investasi lah pada prosesnya. Investasi pada talenta-talentanya. Dan ya good things take time. Itu saja sih."