TILIKAN

AI untuk Film: Bantuan atau Serangan?

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 09:30 WIB
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film.
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) tak terhindarkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film. (iStockphoto)

Kehadiran AI dengan berbagai fungsinya di industri film menghasilkan respons yang beragam pula bagi pelaku industri. Sebagian besar menerima eksistensi teknologi itu selama koridornya masih sebagai alat untuk menunjang produktivitas.

CEO Visinema sekaligus sutradara Angga Dwimas Sasongko menjadi salah satu figur yang meyakini kegunaan tersebut. Ia tidak menyangkal eksistensi teknologi itu untuk meningkatkan produktivitas, selama sifatnya kolaboratif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, di sisi lain, ia juga menerapkan batas tegas bahwa AI tidak dapat dipakai dalam konteks kreasi. Angga meyakini ranah itu menjadi milik manusia, dan prinsip itu pun diterapkan di setiap karya-karyanya.

"Kalau saya pribadi, ini adalah alat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat kolaborasi. Makanya saya sendiri bilang bahwa AI itu untuk kolaborasi dan meningkatkan produktivitas," ungkapnya.

"Buat kami, kami tidak percaya [AI] itu untuk dilakukan sebagai kreasi. Dan kreasi itu masih human touch yang nomor satu buat kami," sambung Angga.

Sementara itu, keberadaan model AI di ruang lingkup produksi film di luar negeri memicu dualisme. Ada pihak yang menyambut antusias, tetapi banyak pula yang skeptis dengan wacana tersebut.

Masih dari laporan BFI, survei pada 2023 mencatat 17 persen produser di Inggris Raya sudah memanfaatkan AI, sementara 40 persen lain berencana melakukan hal serupa.

Perkembangan ini menjadi sinyal bahwa AI menjadi pilihan yang semakin sulit untuk dihindari. Namun, perubahan itu perlu disertai dengan perhatian khusus terhadap ancaman pelanggaran hak cipta di balik prosesnya.

Laporan BFI kemudian menyimpulkan AI generatif memang tak sempurna, tetapi semakin sesuai untuk tugas-tugas kreatif. Direktur Riset BFI Rishi Coupland menyatakan masa depan sektor film mungkin bakal bergantung dengan seberapa jauh optimalisasi AI selagi mencegah risikonya menjadi nyata.

"Taruhannya tinggi. Tanpa perencanaan strategis, sektor film di Inggris mungkin akan kalah bersaing dengan pesaing global dan studio-studio baru yang berbasis AI," ujar Coupland, dikutip dari Deadline.

"Masa depan sektor ini mungkin bergantung kepada kemampuannya untuk mengoptimalkan manfaat AI sekaligus mengurangi risikonya," sambungnya.

(frl/end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER