Apresiasi setinggi-tingginya juga saya berikan kepada tiga antagonis drama ini, terutama Sei Shiraishi. Sejujurnya, saya sempat mengkhawatirkan penggambaran Reina menyusul yang versi Korea mendapatkan pujian dari penonton, di luar kontroversi yang menjerat artisnya.
Setelah menyaksikan episode pertama, ternyata kekhawatiran saya tidak berdasar. Penampilan Sei Shiraishi jauh melebihi ekspektasi saya tentang seseorang yang tidak pernah suka dan selalu merebut kebahagiaan orang lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, dia paham betul bagaimana membuat karakter green tea girl hidup. Green tea girl merupakan perempuan yang menampilkan dirinya begitu manis, polos, baik hati, demi mendapatkan keinginannya, seperti uang, kekuasaan, dan cinta.
Sei Shiraishi menghidupkan karakter Reina dengan sempurna dan memuaskan, terutama saat melihat wajahnya berubah dari manis menjadi berbisa.
Sederhananya, dia sangat manipulatif. Dan itu ia tampilkan amat baik sejak episode 1, perlahan tapi pasti memancing emosi penonton hingga puncaknya di episode 9-10 untuk menampilkan sisi jahatnya secara utuh.
![]() |
Namun, ketimbang karakter Reina, darah saya lebih mendidih melihat paket ibu dan anak, Masako Hirano (Satoko Abe) dan Tomoya Hirano (Yu Yokoyama). Mereka berdua menampilkan patriarki dan mama boy to another level.
Ketika melihat mereka, saya langsung teringat dengan film Kim Ji-young: Born 1982 karena Masako dan Tomoya sungguh-sungguh menjadi momok bagi perempuan, baik yang belum, sedang menyiapkan, apalagi yang sudah berumah tangga.
Satoko Abe sebagai ibu, calon mertua, dan mertua berhasil membuat penonton sudah tahu mulutnya tidak akan mengeluarkan perkataan yang baik, meski ia baru muncul di layar.
Big applause to Yu Yokoyama karena berhasil menghapus bersih unsur komedi yang selama ini melekat dalam dirinya, dan menjadi 'musuh' perempuan hingga ke titik sulit untuk melihatnya di layar kaca saat memerankan Tomoya.
Dia ciamik dalam menampilkan sosok laki-laki yang ternyata memiliki semua aspek harus dihindari perempuan dalam memilih pasangan hidup.
![]() |
Namun, adegan yang mempertemukan Reina, Tomoya, dan Masako selalu saya nantikan untuk melihat siapa yang ternyata menjadi ultimate villain dalam drama tersebut.
Secara keseluruhan, saya benar-benar menikmati dan merekomendasikan Marry My Husband Japan kepada semua calon penonton.
Dimulai dari yang sama sekali tidak tahu Marry My Husband, belum membaca webtun dan belum menonton versi Korea, saya sangat merekomendasikan drama ini karena bisa puas merasakan pengalaman menonton pertama kali tanpa ekspektasi untuk kandidat utama drama terbaik tahun ini.
Kalau boleh saya sarankan, ada baiknya menyaksikan versi Jepang terlebih dahulu, baru baca webtun atau nonton versi Korea untuk menambah hal-hal yang mungkin dirasa kurang.
Begitu pula untuk yang sudah membaca webtun dan menonton versi Korea, saya tetap merekomendasikan ini karena pendekatan berbeda yang diambil tim produksi membuat beberapa hal dibedah lebih dalam, bahkan memberikan point of view baru yang tidak ditemukan dalam versi lain.
Pada akhirnya, Marry My Husband Japan merupakan drama yang sangat layak mendapatkan bintang lima, tanpa catatan, karena semua aspek paripurna bahkan melampaui karya originalnya.
Tak hanya itu, mereka juga sukses menyampaikan pesan utama dari karya original dan tepat sasaran tentang hidup tanpa penyesalan, tanpa menunggu kesempatan yang mungkin tidak pernah datang.
Marry My Husband Japan tayang di Prime Video.