Review Drama: Marry My Husband Japan

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Minggu, 27 Jul 2025 19:00 WIB
Review drama: Marry My Husband Japan layak dapat bintang lima solid karena semua aspek paripurna bahkan lampaui karya originalnya. (Prime Video)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tenang dan menghanyutkan menjadi kata yang cocok menggambarkan Marry My Husband Japan. Minim adegan meledak-ledak, drama perselingkuhan dan balas dendam ini mampu membuat penonton hooked dan terbawa hingga akhir.

Marry My Husband Japan bisa saya bilang sebagai drama perselingkuhan yang paling kalem. Semua dilakukan dengan tenang dan elegan hingga ke titik saya meyakini drama ini merupakan salah satu hasil adaptasi terbaik yang pernah ditonton.

Satu hal yang benar-benar saya syukuri adalah keputusan tim produksi mengambil pendekatan berbeda dalam mengadaptasi, seperti hanya fokus pada empat karakter utama, terutama perjalanan Misa (Fuka Koshiba) menata kehidupan keduanya.

Drama ini memiliki 10 episode dan menurut saya itu sangat bijak karena tempo dan penceritaan jadi padat di tiap episode dan ketegangan tetap terjaga.

Mereka fokus pada satu masalah, kedalaman emosional dan pengembangan karakter utama, termasuk yang antagonis, tanpa melebar ke side story dan side characters yang berpotensi membuat bosan.

Sehingga, hati saya penuh rasa syukur ketika menonton dua episode akhir tanpa kehadiran karakter baru yang sesungguhnya tidak perlu dalam cerita.

Hal itu pula membuat tidak ada adegan yang saya skip dari drama ini. Setiap detik Marry My Husband Japan penuh kejutan dan elemen yang membuat penonton semangat lanjut ke episode selanjutnya.

Saya amat apresiasi tim produksi dan kreatif yang memutuskan ambil pendekatan dengan masyarakat dan budaya Jepang, meski mengadaptasi karya original dari Korea.

Semua aspek dalam drama ini meneriakkan kata "Jepang" dan itu hal yang bagus. Dimulai dari visual yang penuh estetika hingga membuat saya sempat terpikir bahwa drama ini menggunakan soft power mempromosikan keindahan wisata dan kuliner Jepang.

Pencahayaan dan sinematografi membuat visual drama ini tak ada yang jelek atau biasa saja. Semua terasa begitu indah dan cantik. Tim di belakang kamera dan teknis memahami kapan harus merekam agar pemandangan terlihat lebih indah.

Di dalam ruangan, di luar ruangan, pagi, malam - kapan pun atau di mana pun, mereka melakukan yang terbaik untuk memberikan penonton pemandangan yang paling menakjubkan.

Hal itu yang kemudian menyempurnakan penyampaian cerita drama ini sehingga sepenuhnya mencerminkan pengendalian emosi yang tenang dan sering ditemukan dalam penceritaan Jepang.

Review drama: Marry My Husband Japan memiliki visual begitu cantik dan melengkapi storytelling dan akting yang sudah kuat. (Prime Video)

Marry My Husband Japan mengeksplorasi tema-tema mendalam, seperti penyesalan, rasa bersalah, dan perbaikan diri, bukan melalui adegan-adegan yang meledak-ledak. Semua melalui percakapan yang tenang, gestur-gestur kecil, dan keheningan yang bermakna.

Sutradara Ahn Gil-ho setelah sukses dalam mengarahkan The Glory dan Stranger kini juga berhasil membuat Marry My Husband Japan jadi sebuah karya yang menyeimbangkan realisme emosional dan budaya.

Ia dengan cermat dan detail dalam menghadirkan adegan-adegan pergulatan batin para karakter yang memancing tepuk tangan penonton ketika menyaksikannya.

Namun, semua itu tidak bisa berjalan sendiri. Kesempurnaan drama ini juga berada di tangan Satomi Oshima selaku penulis naskah.

Dialog-dialog ikonis yang ada dalam karya original dan sudah ditampilkan dalam versi Korea, seperti "Thank you for picking up my discarded trash" disajikan berbeda dan lebih spektakuler untuk versi Jepang karena build up yang konsisten dan tetap pada jalurnya.

Begitu pula dengan, "I'd be an unnamed background extra. Just Student A. Interviewer B. Boss C. A background extra with no lines. I never would have been a part of her story. But on September 18th, 2015: Director Suzuki," yang benar-benar memiliki ruang khusus di hati saya.

Ketika kata-kata itu disampaikan, kalimat tersebut terasa bak gong dan mengagumkan secara natural, bukan sekadar dialog yang ditaruh begitu saja karena adegan itu seharusnya menjadi klimaks.

Pengarahan dan screenplay yang bagus semakin diperkuat dengan akting seluruh pemainnya.

Tak bisa dipungkiri, Takeru Satoh menjadi penarik awal saya untuk menyaksikan Marry My Husband Japan. Seiring berjalannya episode, tanpa disadari, saya benar-benar menyukai seluruh pemain dan elemen drama ini.

Takeru Satoh, tanpa diragukan, berhasil memerankan Wataru Suzuki dengan energinya yang lembut, protektif, dan penuh kasih sayang di sepanjang serial. Dia lah si cowok green forest itu.

Bintang utama yang juga tak perlu diragukan lagi adalah Fuka Koshiba. Saya percaya pada setiap air mata, senyum Misa, baik itu kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketidakberdayaan atau harapan, frustrasi, kebingungan, dia berhasil menyampaikan setiap emosi dengan tepat.

Lanjut ke sebelah...

Review Drama: Marry My Husband Japan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :