Beberapa animator juga disebut tidak sanggup ambil bagian karena Merah Putih mengangkat format film panjang animasi. Hal serupa juga terjadi ketika mereka berusaha mengajak musisi untuk mengisi scoring.
"Tahun kemarin saya sudah mencari informasi dan ketemu animator dari Yogya, Bandung, Jakarta. Saya utarakan niat dan mereka berkata enggak sanggup," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Musik juga begitu. Awalnya oke, tapi endingnya ada angka yang diberikan. Jadi, agak repot. Nah, ketika saya ajak kawan-kawan ini, mereka tidak bicara angka," lanjut Endiarto.
Jerih payah Endiarto bersama tim produksi Merah Putih: One for All akan segera terbayar saat film itu tayang di bioskop pada 14 Agustus. Meski begitu, ia mengaku belum mau berhenti memproduksi karya layar lebar.
Ia tidak gentar dengan kritik atau komentar dari netizen belakangan. Bahkan, Endiarto bersama PERFIKI TV sudah berencana membuat film tema kemerdekaan lainnya untuk HUT RI 2026.
Proyek itu belum dijelaskan secara detail, tetapi dipastikan bakal mengusung tema yang sama dalam format live-action.
"Kata tidak berhenti. Tahun depan kami akan membuat lagi, usaha yang sama untuk mengisi 17 Agustus," ujarnya.
"Karena niat kami satu tim ini setiap 17 agustus kami akan berjuang menampilkan Merah Putih: One for All," sambungnya.
"Animasi lagi? Enggak. tahun depan kami enggak mungkin bisa bikin animasi. Waktunya enggak cukup, minimal dua tahun. Kami buat live-action lagi dengan konsep yang sama," lanjut Endiarto.
Terlepas dari kontroversi, film animasi ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025. Trailer film ini sudah dipublikasikan di kanal YouTube Perfiki TV, CGV Kreasi, dan Historika Film.
Dalam deskripsi di kanal CGV Kreasi, film ini diklaim sebagai animasi pertama bertema kebangsaan. Film ini menceritakan tentang sekelompok anak-anak yang terpilih menjadi "Tim Merah Putih" untuk menjaga bendera pusaka di sebuah desa yang tenang menjelang Hari Kemerdekaan. Namun, bendera tersebut hilang, memaksa mereka bersatu dalam misi penyelamatan
(frl/end)