Review Film: Weapons

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Agu 2025 19:00 WIB
Review Weapons: Film horor yang menyenangkan meski ada elemen misteri yang tak terjawab atau dikembalikan ke interpretasi penonton.
Review Weapons: Film horor yang menyenangkan meski ada elemen misteri yang tak terjawab atau dikembalikan ke interpretasi penonton. (New Line Cinema via IMDb)
img-title Christie Stefanie
4
Review Weapons: Film horor yang menyenangkan meski beberapa elemen misteri seperti tidak dijawab atau dikembalikan ke interpretasi penonton.
Jakarta, CNN Indonesia --

Weapons merupakan film horor yang mencoba hanya fokus pada premis utamanya, 17 murid satu kelas hilang bersamaan dalam satu malam. 128 menit digunakan cuma untuk mencari tahu keberadaan 17 anak tersebut.

Hal tersebut sesungguhnya jadi kekuatan sekaligus catatan untuk Weapons. Di satu sisi, Zach Cregger sebagai sutradara sekaligus penulis naskah memiliki begitu banyak waktu dalam mengembangkan dan mengeksekusi kisah itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, beberapa hal dibiarkan begitu saja tanpa adanya eksplorasi lebih lanjut, termasuk backstory dan pengembangan karakter.

Karena fokus pada menghilangnya 17 anak, Zach Cregger selaku kreator mengajak penonton melihat situasi tersebut dari sudut pandang enam orang berbeda.

Film ini berpindah-pindah dari satu sudut pandang ke sudut lainnya, seperti episode-episode dalam serial, menampilkan adegan-adegan tertentu yang sebenarnya satu kejadian secara berulang kali tapi dari sudut yang berbeda.

Masing-masing sudut pandang memiliki layer berbeda yang semuanya mengikat perhatian dan membuktikan Weapons sejak awal memang dibangun untuk menyeret penonton dalam premis yang meresahkan.

[Gambas:Video CNN]

Pengembangan seperti itu membuat Weapons memiliki begitu banyak alur cerita sehingga penonton terus menebak-nebak, dan menyatukan semuanya di akhir.

Bagian itu terasa cerdas dan menyenangkan, ditambah dengan akting pemainnya yang baik, terutama dari Julia Garner, Josh Brolin, hingga Cary Christopher, serta sinematografinya kreatif secara keseluruhan.

Film ini memiliki special effects, presentasi warna yang mengesankan, serta scoring yang pas dan berhasil menambah bobot ketegangan.

Terlebih lagi dalam menampilkan adegan gore yang intens. Meski tak banyak, tiap adegan gore itu dieksekusi penuh presisi sehingga sukses membuat penonton meringis ngilu ketika menyaksikannya.

Begitu pula dengan jump scare yang bisa dihitung pakai jari, tapi muncul mengejutkan tepat sasaran.

Secara akting dan penampilan, Josh Brolin dan Julia Garner mungkin tampak seperti tulang punggung film ini. Namun, sesungguhnya film ini bukan tentang mereka.

Film Weapons (2025). (New Line Cinema via IMDb)Review Weapons: Julia Garner dan Josh Brolin tampil apik seperti mereka jadi tulang punggung kisah dan karakter film ini. (New Line Cinema via IMDb)
Film Weapons (2025). (New Line Cinema via IMDb)Review Weapons: Cary Christopher menjadi scene-stealer film ini. (New Line Cinema via IMDb)


Apresiasi khusus perlu diberikan kepada Cary Christopher si pemeran Alex Lilly. Ia sukses menampilkan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan anak seusianya, tapi sanggup dilakukan karena situasi memaksa.

Begitu pula Amy Madigan yang berhasil tampil menyeramkan dengan menyenangkan, walau sayang penampilannya tidak didukung pengembangan karakter yang dalam.

Ketika membagi narasi ke beberapa karakter, hal itu sesungguhnya bisa menjadi hit or miss. Satu sisi hal itu bisa menambah kedalaman dan memberikan penonton pandangan lebih jelas atau gambaran lebih luas.

Di sisi lain, hal itu juga bisa berdampak buruk jika semuanya tidak diberikan closure. Sayangnya, situasi ini yang terjadi pada Weapons.

Ketika sudah di akhir, jadi kelihatan terdapat side plots tidak jelas atau sesungguhnya tidak perlu karena hanya dibangun di awal dan pertengahan, tapi jadi samar-samar saat film selesai.

Catatan utamanya terletak pada antagonis utama film ini yang tak benar-benar dieksplorasi lebih dalam. Beberapa benda dan situasi dimunculkan bak penanda sangat penting dalam cerita, tapi malah malah tak dijelaskan lebih lanjut.

Meskipun konflik utamanya digarap cukup baik, si karakter antagonisnya sendiri sesungguhnya kurang memiliki tujuan jelas atau motivasi yang kuat, sehingga perannya terasa kurang berdampak dan mengurangi bobot dramatis film ini.

Belakangan diketahui, POV si antagonis yang telah ditulis jadi korban dan dihapus dari film itu karena masalah durasi. POV itu yang kemudian digosipkan mau dikembangkan jadi film sendiri. 

Padahal, ada POV karakter lain yang sebenarnya bisa dikurangi, dihilangkan, atau disatukan dengan karakter lain sehingga asal-usul si antagonis bisa dikembangkan dalam Weapons. 


Pada akhirnya, Weapons merupakan film horor yang masih menghibur karena intrik-intrik yang dimunculkan hingga akhir.

Ending Weapons membuat penonton terbagi dua, tapi saya menjadi salah satu yang menikmatinya dan puas melihatnya.

Film ini juga seolah menampilkan hal-hal yang anak-anak atau generasi muda sebenarnya ternyata sanggup lakukan, di luar perkiraan orang dewasa.

Terlebih lagi, film ini sejak awal lebih menaruh kecurigaan pada orang dewasa di balik menghilangnya 17 anak tersebut, bukan pada satu-satunya anak kecil yang selamat dari peristiwa aneh di kelas itu.



[Gambas:Youtube]


Weapons juga memadukan unsur horor dengan sedikit komedi untuk meredakan ketegangan yang ada, dan tetap memberikan jawaban atas pertanyaan atau misteri utama dalam penceritaannya.

Sayangnya, beberapa elemen misteri yang sudah dimunculkan di awal seperti tidak dijawab atau sengaja dibebaskan pada interpretasi penonton, dan bisa juga sengaja disiapkan untuk jadi waralaba. 

(chri/chri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER