Ekspektasi saya cukup tinggi terhadap Pretty Crazy karena film itu jadi kolaborasi kedua sutradara Lee Sang-geun dan YoonA Girls' Generation setelah Exit (2019) yang sukses box office dan penilaian kritikus.
Namun, ekspektasi itu membuat saya perlahan menelan kekecewaan karena Pretty Crazy belum bisa melampaui atau menyamakan posisinya dengan Exit.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutradara dan penulis naskah Lee Sang-geun ini terlihat jelas mencoba arah berbeda dalam mengeksekusi Pretty Crazy. Jika sebelumnya hanya fokus pada komedi dan disaster, ia kini memadukan lebih banyak genre, yakni komedi, misteri, romansa, keluarga, dan sedikit okultisme.
Pendekatan genre fusion ini sesungguhnya berisiko untuk proyek reuni yang buat penonton berekspektasi tinggi terhadap kerja sama terbaru Lee Sang-geun dan YoonA.
Film tersebut bisa jadi kurang memuaskan penonton apabila semua genre itu tidak diseimbangkan dengan cermat dan pas. Sayangnya, hal itu yang terjadi dalam Pretty Crazy.
Dalam eksekusinya, semua genre itu memang dapat bagian dalam film berdurasi 115 menit tersebut, meski masing-masing hanya dapat secuplik.
Penceritaan dan naskah jelas menjadi catatan utama film ini. Pretty Crazy disebut-sebut dan dipromosikan sebagai film komedi romantis terbaru YoonA bersama Ahn Bo-hyun yang berperan sebagai Seon-ji dan Gil-gu.
Namun, romansa dua karakter itu tidak memiliki dasar yang kuat dan tidak dibangun dengan konsisten, seperti hanya dimunculkan di awal, hilang di tengah, dan baru dikembalikan di akhir.
Sehingga, kisah cinta mereka benar-benar nanggung, termasuk dasar motivasi Gil-gu melindungi Seon-ji yang sesungguhnya jadi inti film ini.
Begitu pula dengan unsur komedinya. Pretty Crazy seperti hanya punya satu adegan yang jadi 'senjata' untuk membuat penonton satu studio terbahak-bahak menyaksikannya.
![]() |
![]() |
Penampilan YoonA membuat Seon-ji dan personanya untuk hidup sudah sangat apik, tapi tidak didukung pengembangan karakter yang dalam.
Transformasi karakter tersebut seperti hanya bergantung pada perubahan makeup, pakaian, dan attitude sehingga mengurangi kompleksitas kepribadian roh dalam tubuh Seon-ji.
Menjelang akhir, penonton memang diberi tahu latar belakang Seon-ji dan alasan dirinya kerasukan. Konteks itu setidaknya cukup meyakinkan sehingga membantu menjelaskan segala sesuatunya bisa terjadi.
Meski pengembangan naskah memiliki catatan cukup signifikan, akting para bintang menjadi obat atas kekecewaan tersebut.
YoonA jelas memanggul beban paling berat dalam Pretty Crazy. Namun sebagai main lead, ia berhasil memberikan penampilan menghibur sekaligus mengesankan dalam menghidupkan dua karakter yang sangat kontras.
Begitu pula dengan Ahn Bo-hyun yang akhirnya debut sebagai pemeran utama pria di layar lebar. Penampilannya sebagai Gil-gu pun sedikit mengingatkan dengan perannya sebagai Goo Woong di Yumi's Cells yang canggung.
Dari karakter Gil-gu pula, film ini seolah mengajak penonton merefleksikan situasinya dengan kondisi di dunia nyata.
Film ini dengan cermat menangkap tantangan dan harapan yang dihadapi banyak orang dalam kehidupan sehari-hari, dan perjuangan Gil-gu menghadapi pengangguran dan sulitnya mencari kerja seperti jadi yang paling bisa terhubung dengan penonton di Indonesia.
![]() |
Terlebih lagi Sung Dong-il. Awalnya, saya mengira Pretty Crazy akan jadi proyek sang aktor yang tidak akan mengacak-acak perasaan. Saya ternyata salah besar.
Dengan screen time yang sedikit, Sung Dong-il sukses membuat air mata menetes banyak. Aktor kawakan itu tidak pernah gagal membuat hati hangat saat menampilkan kisah orang tua dengan anak.
Obat kecewa lainnya dari film ini adalah Lee Sang-geun menghadirkan sudut pandang dua karakter utama yang jadi salah satu unsur sangat disukai penikmat film atau drama romantis.
Jika sejak awal penonton seperti diajak melihat situasi dari sudut pandang Gil-gu, jelang akhir potongan-potongan itu jadi lengkap dengan point of view Seon-ji. Bagian itu yang akhirnya mengembalikan unsur romansa dalam Pretty Crazy.
Pada akhirnya, Pretty Crazy menyajikan kisah jauh lebih banyak daripada sekadar romcom. Ketulusan seseorang, perjuangan menghadapi sulitnya mencari pekerjaan, hingga kasih orang tua ditampilkan meski tidak terlalu dalam.
Film yang bisa jadi hiburan ringan ini tetap menghadirkan sedikit kejutan atau memecahkan tawa di momen yang tepat.
(chri/chri)