Fadli Ungkap Koleksi Museum Bagawanta Kediri yang Rusak dan Hilang
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan daftar barang-barang bersejarah dan koleksi di Museum Bagawanta Bhari Kediri yang hilang diduga diambil oknum tak bertanggung jawab setelah demo 30 Agustus.
Ia menyatakan Kementerian Kebudayaan mengecam segala bentuk perbuatan anarkis dan destruktif terhadap bangunan cagar budaya dan museum.
"Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden yang menimpa Museum Bagawanta Bhari Kediri yang terdampak aksi unjuk rasa pada Sabtu (30/8) malam," tulis Fadli Zon di Instagram, Senin (1/9).
"Dalam kerusuhan tersebut ada beberapa koleksi yang rusak dan hilang, yaitu: kepala Ganesha, koleksi Wastra/kain batik dan buku-buku lama yang hilang; dan miniatur lumbung yang mengalami kerusakan," ungkapnya.
"Sementara itu, beberapa koleksi lain, seperti arca Bodhisatwa, dan bata berinskripsi mantra-mantra telah berhasil diselamatkan oleh juru pelihara."
Dalam unggahan tersebut, politikus Partai Gerindra ini juga posting keadaan Museum Bagawanta Bhari Kediri yang tampak rusak, seperti kaca pecah berserakan hingga kepala patung patah terpisah dari badannya.
Di laman resmi, Fadli Zon mengimbau pihak yang mengambil koleksi museum untuk segera mengembalikannya melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI atau pihak Museum Bagawanta Bhari Kediri.
"Koleksi museum adalah warisan bangsa, bukan milik pribadi. Saya mengimbau agar segera dikembalikan demi kepentingan generasi mendatang," ia menegaskan
Ia kemudian memastikan Kementerian Kebudayaan bakal terus memantau perkembangan dan memastikan Museum Bagawanta Bhari Kediri dapat kembali berfungsi secara optimal sebagai ruang pembelajaran, rekreasi, dan pelestarian budaya.
"Museum bukan hanya ruang koleksi benda bersejarah, melainkan juga simbol memori kolektif masyarakat," ucapnya.
"Kami telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, aparat penegak hukum, serta pengelola museum untuk memastikan keamanan, perlindungan koleksi, serta langkah-langkah pemulihan segera dilakukan," tutur Fadli Zon.
Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai wilayah Indonesia bermula dari protes kebijakan tunjangan bagi anggota DPR, ditambah dengan sikap dan pernyataan anggota dewan yang dianggap tidak peka terhadap situasi rakyat Indonesia yang terhimpit ekonomi.
Tewasnya Affan Kurniawan kemudian membuat berbagai kelompok sipil menuntut reformasi kepolisian, pembentukan tim investigasi kematian Affan, tidak ada kriminalisasi demonstran, transparansi anggaran untuk anggota dewan, pemeriksaan anggota dewan yang bermasalah, pemecatan kepada kader partai yang tidak etis, dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.
Selain itu ada juga tuntutan untuk pembebasan demonstran yang ditahan, penghentian tindakan represif oleh kepolisian dan penaatan SOP pengendalian massa, transparansi proses hukum terhadap pelanggaran HAM, hingga menuntut setop campur tangan militer dalam keamanan, dan upah layak untuk butuh serta pencegahan PHK massal.
Namun aksi ini dimanfaatkan sejumlah massa tak dikenal untuk memicu kerusuhan dan perusakan bangunan dan fasilitas publik di berbagai kota.
(chri)