Jalan Sumur Batu Depok Indonesia, CNN Indonesia -- Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Menurut pepatah lama, buku adalah jendela dunia. Darinya kita dapat melihat dunia tanpa perlu pergi berkeliling dunia yang sebenarnya. Buku pernah menjadi barang populer karena bentuknya yang revolusioner, mudah untuk dibawa kemana-mana.
Namun, di zaman sekarang saat dunia berubah menjadi serba digital, popularitas buku menurun. Sekarang untuk mendapatkan informasi orang tidak perlu lagi jauh-jauh pergi ke perpustakaan, atau berlama-lama membaca buku yang tebal.
Buku kini telah dikalahkan oleh sebuah aplikasi digital yang lebih revolusioner dari padanya. Internet.
Faktanya kini internet memang lebih
ngetrend daripada buku teks. Contohnya di sekolah-sekolah sekarang dapat dengan mudah ditemui akses internet. Penggunaan internet di sekolah cukup populer. Penggunanya tidak hanya guru melainkan juga para murid.
Karena kemudahannya para guru pun memiliki kecenderungan menugaskan siswa-siswinya untuk mengumpulkan sumber-sumber belajar, serta menjadikannya sebagai acuan dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran. Begitu juga para siswa yang sering mengakses jaringan internet disetiap kesempatan.
Kemajuan teknologi sepertinya memang memiliki dampak yang kurang baik bagi perpustakaan. Perpustakaan kini mulai ditinggalkan dan kurang diminati. Pengunjungnya kian surut bahkan, perpustakaan kini terlihat lengang.
Namun, disinilah terjadi permasalahan yang patut diteliti. Benarkah kini eksistensi buku sebagai jendela dunia patut dipertanyakan kembali? Dan apakah internet kini benar telah menggantikan buku sebagai jendela dunia? Bagaimana menumbuhkan kembali kecintaan pelajar dalam membaca buku?
Di zaman teknologi informasi serba internet sekarang ini bagi seorang pelajar adalah hukumnya wajib mengenal internet. Paling tidak bisa mengakses google dan harusnya sudah memiliki e-mail.
Banyak manfaat apabila internet digunakan secara sehat. Tidak melulu menjelajahi situs-situs yang mengandung unsur-unsur pornografi atau yang membuat ketagihan seperti game online. Tak jarang para pelajar banyak menghabiskan waktunya di warnet hanya untuk bermain game online dan melupakan kewajibannya sebagai pelajar. Oleh karena itu, bagi para pengguna internet yang disebut user harus memiliki kebijaksanaan sendiri dalam menggunakan fasilitas internet dengan sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Masalah muncul ketika pelajar dan mahasiswa zaman sekarang lebih banyak bertumpu pada internet untuk mencari referensi dalam pembuatan karya tulis. Mudah saja menemukan jurnal, e-book, atau referensi dalam bentuk lainnya. Saya kira hal tersebut bukan hanya dirasakan oleh satu-dua orang mahasiswa saja, tetapi hampir secara keseluruhan siswa saat ini, untuk urusan bahan bacaan atau materi tugas perkuliahan sudah beralih orientasi mencari ke dunia maya (internet).
Hampir seluruh hidup manusia dihabiskan dengan membaca. Perintah membaca juga diturunkan Tuhan untuk manusia dalam sabdaNya, "iqro", yang artinya bacalah. Minat membaca di kalangan siswa kian hari kian menurun. Kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan bagi para siswa untuk mendapatkan informasi membuat siswa menjadi malas membaca. Membaca dinilai tidak praktis karena memakan waktu yang cukup lama, dan kebanyakan orang saat ini berfikir membaca itu membosankan.
Membaca Buku Atau nge-Net itu Pilihan; Survei Terhadap Siswa SMAN 5 Depok Intensitas membaca di kalangan siswa-siswi SMAN 5 Depok tidak terlalu besar. Dari hasil survei secara acak yang saya lakukan, diketahui 70% responden membaca 1 sampai 5 buku setiap harinya. Kemudian 11% responden mengaku tidak pernah membaca buku setiap harinya. Namun terdapat 4% responden yang membaca lebih dari 5 buku setiap harinya. Di luar itu sebesar 2% responden membaca e-book, dan 16% responden tidak tentu berapa buku yang dibacanya.
Saya juga melakukan penelitian terhadap jumlah waktu membaca yang dilakukan oleh beberapa siswa-siswi SMAN 5 Depok. Dari hasil survei terdapat 51% responden yang membaca buku dalam waktu 1 hingga 2 jam sehari, 17% responden membaca buku kurang dari 1 jam sehari, 13% responden membaca buku 3 sampai 5 jam per hari, dan 5% responden membaca buku lebih dari 5 jam sehari. Kemudian terdapat pula sebesar 4% responden tidak mempunyai waktu membaca yang tetap, 2% responden hanya membaca saat berada disekolah, dan 8% responden mengaku tidak pernah membaca buku.
Sebanyak 75% remaja suka membaca buku fiksi. Buku fiksi ini mencakup novel dan komik. Lalu 18% responden suka membaca buku pelajaran dan pengetahuan umum. Disisi lain ada 5% remaja yang suka membaca buku keagamaan, termasuk kitab suci. Kemudian 2% responden yang tidak membaca buku apapun.
Padahal buku memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh internet. Secara fisik buku dapat disentuh dan dirasakan. Sebuah buku bukan hanya obyek, tapi hampir seperti makhluk hidup. Saat memilih sebuah buku dari toko, kita akan menyentuhnya, memeriksa covernya dan membaca sinopsis di belakang. Itu membuat kita penasaran akan buku tersebut. Pada media elektronik, kita tidak bisa melakukan interaksi lebih. Buku tidak melukai mata. Menatap layar monitor terus menerus sambil membaca dapat sangat melelahkan bagi mata. Membaca buku membuat mata lebih rileks asal anda tidak membacanya di tempat gelap.
Buku juga dapat dijadikan hiasan pemanis ruangan. Buku dapat dipajang disebuah lemari kaca untuk memberikan kesan klasik. Buku dan membaca memiliki kedekatan yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Meskipun kini terdapat e-book sebagai pengganti buku akan tetapi, membaca e-book tidak senikmat membaca buku yang sebenarnya.
Terlepas dari data di atas ternyata ketika ditanya penting tidaknya membaca buku, 100% responden mengatakan membaca buku itu penting. Mereka beralasan bahwa membaca itu dapat menambah wawasan dan pengetahuan, buku memiliki sumber yang jelas, detil dan real. Buku juga mudah dimengerti karena bahasanya yang jelas. Mereka juga berpendapat bahwa buku adalah jendela dunia, gudangnya ilmu.
Tapi ironisnya ketika saya menanyakan tentang lebih penting mana antara membaca buku atau surfing internet, sebanyak 65% mengatakan lebih penting internet. Menurut mereka internet memberikan lebih banyak referensi. Internet juga instan, praktis, murah, dan cepat. Cakupannya lebih luas serta menurut mereka biasanya buku juga bersumber dari internet. Menurut mereka semua buku belum tentu lengkap, jika dibandingkan dengan kelengkapan internet. Meski begitu ada 25% responden yang mengatakan buku lebih penting. Karena buku bisa dipercaya sedangkan internet bisa direkayasa. Untuk membaca buku lebih mudah ketimbang internet, karena internet harus punya kuota dan pulsa. Ada juga yang mengatakan membaca buku lebih mudah dimengerti daripada internet, disamping bahwa diinternet banyak situs yang tidak benar. Adapun 10% responden mengatakan buku dan internet bisa saling melengkapi. Sebab keduanya sama-sama menyajikan informasi-informasi yang penting.
Adanya internet di sekolah bisa dikatakan seperti buah simalakama. Di satu sisi internet memberikan kontribusi penting bagi pembelajaran. Memudahkan siswa dan guru untuk mengakses informasi dan sumber belajar yang dibutuhkan. Akan tetapi, di sisi yang lain internet memberikan dampak negatif. Dampak tersebut ialah siswa menyalahgunakan akses internet untuk bermain game atau menggunakannya untuk hal-hal yang diluar kepentingan belajar.
Menurut hasil kuisioner yang saya sebarkan di beberapa kelas, pelajar mengakses internet 1 sampai 4 jam sehari sebanyak 53%. Kemudian pelajar yang menghabiskan waktu minimal 5 jam sehari untuk mengakses internet sebanyak 21%. Selanjutnya ada 9% pelajar yang setiap jam selalu mengakses internet, ada juga 6% pelajar yang memiliki waktu akses internet maksimal satu jam, dan 11% pelajar memiliki waktu internetan yang tidak menentu. Selain waktu berselancar internet, peneliti juga melakukan penelitian melalui survei mengenai apa yang paling sering diakses oleh siswa SMAN 5 Depok. Berdasarkan hasil survei, 33% responden membuka sosmed saat nge-net.
Ada 13% responden membuka situs mengenai pelajaran, 12% mengakses Google, 12% responden mengakses situs You Tube, 10% responden membuka blog atau wattpad saat mengakses internet, dan 10% bermain game online. Sisanya ada yang membuka situs manga 5%, 4% responden membaca berita, dan 1% membuka email.
Tidak disangsikan bahwa membaca itu sangat penting. Selain berbicara, manusia diwajibkan untuk mampu membaca. Membaca adalah alat bagi manusia untuk menyerap informasi yang terdapat di sekitar. Dengan semakin banyak membaca maka akan mendapat banyak referensi. Hal ini berguna saat menyampaikan pikiran didepan sebuah forum atau orang.
Membaca itu dapat membuka wawasan kita. Ibarat jendela, kita bisa melihat banyak apa yang dibalik jendela itu. Semakin sedikit kita membaca maka semakin sedikit yang kita tahu tentang apa yang diluar jendela itu. Membaca itu seharusnya menjadi budaya jika ingin menjadi orang yang berwawasan luas, karena itu penting dalam masa depan, untuk kehidupan setelah SMA atau bekerja nanti. Membaca sangat penting, tidak hanya buku pelajaran. Membaca seharusnya menjadi kebiasaan bagi para pelajar.