DKI Jakarta, CNN Indonesia -- Seberapa besar sih peran guru untukmu? Kalimat itulah yang terngiang di benakku ketika momen hari guru nasional hari ini. Saat itu juga ingatanku menjelajah ke masa lalu ketika masih mengenakan seragam putih merah, putih biru, dan putih abu-abu.
Saat SD, bukan hanya segala pelajaran-pelajaran tingkat dasar yang kudapatkan melainkan sebuah pembelajaran hidup. Saya jadi tahu bagaimana berkata sopan kepada orang yang lebih tua, bagaimana minta izin untuk buang air kecil ke toilet, juga kita tidak boleh berisik saat guru menerangkan. Segala hal yang terlihat sepele namun penting dan tidak diajarkan di rumah.
Ketika memasuki jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP, hal berbeda yang saya terima dari guru. Karena banyaknya tugas-tugas yang ada dibandingkan saat SD, saya menjadi belajar mengejar
deadline. Bagaimana saya menghargai waktu yang ada untuk mengerjakan tugas. Saya juga 'dipaksa' untuk bertanya ketika tidak menangkap pelajaran yang diberikan.
SMA tentu lain lagi. Kami memasuki masa pencarian jati diri karena kami sudah tumbuh menjadi remaja tanggung. Di mana kami lebih senang melakukan hal-hal yang kami inginkan saja. Yang lain?
No way! Pelajaran juga begitu, mata pelajaran yang menurut saya sulit seperti matematika, fisik, dan kimia saya abaikan begitu saja karena saya lebih suka pelajaran yang menghafal seperti sejarah dan geografi.
Apa yang kudapat dari guru? Sampai detik ini aku masih ingat jelas perkataan guru kimiaku dahulu ketika kami saat itu sedang mengikuti
remedial perbaikan nilai di kelas. Dia tahu semua yang hadir di situ hanyalah sekadar formalitas agar nilainya paling tidak bisa tuntas. Sama sekali tidak ada keinginan untuk belajar, termasuk saya.
Sebelum memulai, ia berkata : "Selamat datang anak-anak, saya tahu kalian benci dan tidak suka dengan mata pelajaran ini. Saya juga tahu kalian akan mengambil jurusan IPS (Sosial) nantinya. Tapi sebelumnya saya cuma mau kasih tahu pada kalian semua. Kalian boleh membenci saya, tetapi janganlah benci mata pelajaran ini. Mungkin kalian berpikir apa gunanya belajar kimia? Toh belum tentu dipakai saat kerja nanti. Mungkin ilmunya tidak, tetapi disiplinnya iya, cara berpikir kalianlah yang pasti terpakai sampai kapanpun."
Mendengar kata-kata itu, seketika pikiranku pun terbuka. Ya, ilmu memang tidak secara langsung terpakai saat kita bekerja nanti. Namun bagaimana kita mengerjakan dan berpikir memecahkan masalah ini yang akan terus terpakai sampai kapan pun. Saya tidak akan pernah melupakan kata-katanya. Itu juga yang selalu saya pegang hingga sekarang. Jika ditanya kembali seberapa besar peran guru untukku? Saya hanya bisa menjawab, besar sekali. Terima kasih guru.