Tabanan, CNN Indonesia -- Seni pewayangan kini tak hanya dikuasai oleh orang dewasa saja. Saat ini sudah banyak lahir bibit-bibit yang menggemari wayang untuk menjadi dalang walau umurnya masih terbilang sangat muda. Jika di Jawa Barat ada Kanha sebagai dalang cilik, yang merupakan cucu maestro dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya, di Bali juga ada dalang cilik, yang kini mulai menjadi sorotan masyarakat. Siapakah dia?
Namanya I Gusti Putu Gede Sastrawan. Dalam pergaulan sehari-hari anak ini tak jauh berbeda dengan teman-temannya. Bahkan terkesan kalem juga lugu. Maklum umurnya yang belum genap 9 tahun, masih perlu perhatian. Tetapi, jangan kaget ketika ia tampil di atas panggung saat memainkan wayang kulit. Ia menjadi mandiri, kreatif dan sangat lucu.
“Dulu saya liat orang mendalang di VCD, dari situ saya suka mendalang. Waktu itu saya masih berumur 5 tahun,” ujar dalang cilik yang akrab di panggil Rah Gede di sela persiapan pementasan wayang (27/01) yang ia gelar di salah satu rumah warga Tabanan, Bali.
Saat ini hobi Rah Gede dalam mendalang sudah menjadi sorotan masyarakat. Namun Sang Ayah, I Gusti Made Yudana tak terlalu menuntut anaknya untuk selalu menggelar pertunjukan wayang. Semua aktivitas berkesenian wayang si anak, selalu didukung penuh tanpa ada paksaan. Maklum, Rah gede tak pernah bermain bersama teman-temannya, sehingga memainkan wayang ini pada awalnya hanya menjadi permainannya dalam mengisi waktu luang.
“Sebenarnya bakatnya sudah terlihat dari umur 2 tahun, dari situ saya selalu support dengan membelikan wayang dari yang sederhana hingga yang bagus. Tapi semua itu saya kembalikan ke anak, jika ia ingin mementaskan wayangnya seluruh keluarga akan saling membantu untuk kelancaran pementasan,” ungkap Si Ayah, I Gusti Made Yudana.
Dalam pementasannya, anak pertama dari pasangan I Gusti Made Yudana dan I Gusti Ayu Putu Suryani ini, senang menyajikan cerita yang disesuaikan dengan dunia anak-anak. Kisah Pandawa dan Kurawa, ketika masih anak-anak dengan judul “Kesambut Drona”. Ia mementaskan pertunjukan dalam durasi satu setengah jam, dibalut dengan lelucon segar. Tingkah lucu para wayang di tangannya ini mampu membuat penonton tertawa dan betah menyaksikan pertunjukannya hingga tuntas.
Rah Gede selalu menggelar pertunjukannya dengan sederhana. Aktivitas berkesenian wayang kulitnya ini juga terus berlanjut dari rumah ke rumah. Ia bahkan pernah bermain di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-37 pada tahun 2015 lalu. Lewat sanggar seni Gender Restu Budaya binaan dalang Ida Bagus Mambal, Rah Gede juga akan tampil dalam parade wayang cilik pada PKB mendatang.
Semoga, kegiatan mendalangnya ini tetap dijaga dan terus diasah hingga dewasa, hingga menjadikannya maestro dalang yang menjaga warisan budaya Bali, sebagai keberagaman nusantara.
(ded/ded)