Jakarta, CNN Indonesia -- Semua orang pasti tahu
skateboard alias papan seluncur, yang sering digunakan untuk bermain dan berolahraga.
Sekitar tahun 1950-an, seorang
surfer dari California bernama Frank Nasworthy mencari alternatif lain untuk berselancar saat laut sedang tidak berombak. Ia menggunakan papan mirip papan
surfing dengan ukuran lebih kecil dan diberi ban
roller skate. Inilah cikal bakal bentuk
skateboard yang kita kenal sekarang.
Di Indonesia,
skateboard mulai masuk pada tahun 1980-an. Para pecinta
skate di Indonesia mendapatkan informasi seputar
skate dunia melalui majalah
skateboard luar negeri.
Olahraga yang digandrungi anak muda ini memang banyak risikonya, baik itu luka-luka sampai patah tulang. Bahkan pada tahun 1990-2008 di Amerika Serikat, jumlah remaja dan anak-anak yang dibawa ke unit gawat darurat karena cedera
skateboard ada sekitar 65.000 orang, lho.
“Terus, kalau anak suka main skateboard, kita harus gimana?”
Tenang, Ayah Bunda. Ada cara lain, kok, untuk mencegah cedera saat bermain
skateboard, seperti yang dikatakan oleh Lara McKenzie, peneliti di Center for Injury Research and Policy at Nationwide Children's Hospital, Ohio dan ahli keamanan lainnya:
Keselamatan adalah yang utamaJangan biarkan anak-anak menginjak
skateboard tanpa memakai alat pelindung yang meliputi helm, penjaga pergelangan tangan, dan bantalan siku dan lutut.
Merencanakan ruteAnak harus waspada dengan permukaan lintasan yang tidak rata seperti retak dan berlubang dan menghindari bermain
skateboard dekat lalu lintas. Bermainlah di
skate park sehingga tidak perlu khawatir tentang mobil yang melintas.
Cek keadaan di luarJangan biarkan anak-anak bermain
skateboard jika itu di luar gelap atau cuacanya buruk.
Bermain sesuai dengan usiaAnak-anak di bawah 6 tidak dianjurkan untuk bermain
skateboard. Namun untuk anak-anak antara usia 6 dan 10, orang dewasa bisa mendampingi setiap kali mereka bermain.
(ded/ded)