Berita TV di Malaysia: Hati Nurani vs Tuntutan Rezim

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Minggu, 05 Jun 2016 05:48 WIB
Membahas pemberitaan stasiun-stasiun televisi di Malaysia.
Ilustrasi (Thinkstock/Stockbyte)
Baumata Barat, CNN Indonesia -- Sejak beberapa waktu belakangan, saya selalu memantau pemberitaan berbagai stasiun televisi di Malaysia. Maklum, ada beberapa stasiun TV yang kanal live streaming-nya bisa diakses secara global. Stasiun lain hanya dapat diakses melalui YouTube, sebab live streaming stasiun bersangkutan hanya bisa diakses di dalam negara Malaysia.

Ada hal yang membuat saya merasa cukup prihatin dengan isi pemberitaan TV di Malaysia. Mereka lebih banyak memuji pemerintah dan tak jarang menghujat kubu oposisi. Masyarakat di sana seolah digiring untuk selalu mendukung rezim berkuasa Barisan Nasional. Hal ini mengingatkan saya pada apa yang terjadi di Indonesia ketika zaman Orde Baru. Semua stasiun TV lebih banyak memuat hal yang positif mengenai pemerintah, meskipun ada begitu banyak hal negatif dari rezim saat itu. Nah! Kita bahas stasiun TV di sana satu per satu berdasarkan kelompok medianya.

1. Radio Televisyen Malaysia (RTM)
RTM adalah media milik pemerintah Malaysia. RTM yang berdiri sejak 1946 ini bernaung di bawah kementerian Komunikasi dan Multimedia Malaysia. Sejak dahulu, RTM selalu menjadi corong utama pemerintah Malaysia. Berbagai informasi dari Putrajaya, pusat pemerintahan Malaysia, selalu menjadi bahan berita di TV1, TV2, dan TVi. Kini, RTM juga seolah menjadi corong utama Barisan Nasional, partai pimpinan PM Najib Razak. Tak heran, sebagian netizen setempat mencibir RTM.

2. Media Prima Berhad
Media Prima adalah kelompok media yang mengelola empat stasiun TV swasta utama di Malaysia. Keempat stasiun TV itu adalah TV3, NTV7, 8TV, dan TV9. Selain itu, Media Prima juga mengelola situs tonton.com.my serta beberapa stasiun radio dan surat kabar. Sejak Najib Razak memerintah, Media Prima, khususnya TV3, selalu menjadi bahan bully netzen Malaysia. Alasannya, TV3 melebih-lebihkan berita positif mengenai pemerintah Malaysia dan Barisan Nasional. TV3 juga sering melontarkan serangan terhadap oposisi dalam program beritanya, terutama Buletin Utama yang tayang pukul 19.00 WIB. Tiga stasiun TV saudaranya tergolong masih lebih "halus dan berimbang" dalam menyajikan berita. Saya melihat dua kemungkinan alasan di balik perbedaan ini. Pertama, kebijakan redaksi keempat stasiun TV milik Media Prima berbeda satu dengan yang lain. Kedua, Media Prima memang membagi cara penyajian berita keempat stasiun TV tersebut.

3. Astro All Asia Network Plc.
Perusahaan ini mengelola Astro, satu-satunya pay TV di Malaysia. Pay TV ini mengelola sebuah saluran berita, Astro Awani. Astro Awani adalah pelopor saluran berita di Malaysia. Sejak 2007, stasiun ini hadir untuk menyajikan tayangan berita yang benar-benar netral dan lebih baik. Hasilnya cukup baik. Netizen merespon baik sajian berita Astro Awani. Mereka menganggap Awani jauh lebih netral dan tidak memperlihatkan tanda memiliki haluan politik tertentu. Bagi mereka, meskipun mengikuti aturan pemerintah, Astro Awani masih menyajikan informasi lain yang dianggap jauh lebih penting daripada yang tersaji di TV3. Tak jarang, akun Facebook Astro Awani menyiarkan live streaming kegiatan besar kubu oposisi. Acara-acara seperti itu juga di-update melalui akun Twitter mereka, @501Awani. Astro Awani pun menjelma menjadi saluran yang berita dan diskusinya selalu dinantikan masyarakat Malaysia.

4. TV Al Hijrah
Stasiun TV bernafaskan Islam ini dikelola Kementerian Agama Malaysia. Meskipun lebih banyak menyajikan tayangan religi, Al Hijrah tetap menyiarkan program berita. Namun, sepak terjang Al Hijrah dalam dunia jurnalistik televisi di Malaysia tidak selalu saya ikuti.

Saya yakin, hati nurani para jurnalis Malaysia belum tentu searah dengan keinginan pemerintah. Namun, banyak dari mereka yang terpaksa melawan hati nurani demi tetap eksis sebagai wartawan. Hal inilah yang dialami pula oleh para jurnalis yang bekerja di media milik politisi di Indonesia. Di Malaysia, tuntutan rezim menjadi yang utama. Namun, tetap ada media yang bisa kreatif menghadapinya. Nah! Saat ini, kaum oposisi sedang beruaha menggalakkan gerakan reformasi seperti yang berhasil di Indonesia pada tahun 1998. Kita nantikan apakah para jurnalis Malaysia benar-benar mengikuti hati nurani mereka dan mulai memberontak seperti rekan-rekan mereka di dunia maya. Kalau hal itu terjadi, kita akan melihat reformasi yang dipengaruhi kekuatan media di negeri jiran. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER