Let's Do Something to Fight Bullying

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jun 2016 12:40 WIB
Jangan diam saja, ayo melakukan sesuatu untuk melawan bullying!
Ilustrasi (Thinkstock/BrianAJackson)
Jakarta Selatan, CNN Indonesia -- Pertama kali membuka email yang berisi undangan workshop dari tim CNN Indonesia dengan tema Cyberbullying, saya langsung tertarik dan mengkonfirmasi siap hadir kepada panitia. Karena saya adalah seorang guru yang merangkap sebagai kepala sekolah yang kebetulan sedang membahas tema tersebut dengan tim manajemen sekolah. Mau tidak mau, kami sebagai pihak sekolah harus ambil bagian dalam menyelesaikan kasus bullying yang semakin marak di kalangan remaja.

Ada beberapa poin menarik yang bisa saya simpulkan dari tiga pembicara pada saat Brunch@Newsroom CNN Indonesia Student kemarin. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada tim CNN Indonesia Student khususnya mas Deddy Sinaga selaku Content Manager, yang telah mengangkat tema cyberbullying pada acara tersebut.

Ini merupakan sebuah aksi nyata insan media dalam mengedukasi masyarakat untuk lebih aware terhadap kasus cyberbullying. Harapan saya mudah-mudahan dapat menginspirasi insan media yang lain untuk dapat lebih berpartisipasi positif dalam hal tersebut.

Pada kesempatan tersebut hadir juga Adiyat Yori Rambe, perwakilan dari komunitas Sudah Dong, yang memberikan sharing yang sangat luar biasa bagus. Sudah Dong adalah sebuah komunitas yang peduli terhadap kasus bullying. Komunitas Sudah Dong berdiri sejak dua tahun yang lalu dan telah mengedukasi masyarakat, pelajar-pelajar Indonesia khususnya yang ada di ibu kota.

Kak Yori menegaskan bahwa bullying itu ada sejak dulu dan hampir ada di semua jenjang usia, dari mulai anak-anak, remaja hingga dewasa. Anehnya sebagian besar orang dan bahkan si korban bullying hanya melakukan pembiaran. Sehingga bullying terus ada dan menjadi virus yang semakin menyebar di masyarakat luas.

Ada empat jenis bullying menurut pemaparannya, yaitu: verbal, fisik, relational, dan cyberbullying. Dari empat jenis bullying itu, ada kasus bullying yang sangat popular di Indonesia adalah Name Calling, yang biasanya dilakukan secara verbal.

Saya yakin anda semua pernah melihat atau mendengar atau bahkan mengalami name calling bullying. Miris sekali rasanya ketika orangtua kita sudah memberi nama yang sangat bagus untuk kita, tapi dengan seenaknya orang lain memanggil kita dengan sebutan “Begeng, Kribo, Cungkring, dan lain-lain”. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sebutan permanen bagi si korban.

Nah, pembaca budiman sekalian, yuk mulai saat ini jika hal itu terjadi pada diri anda, katakan TIDAK! Itu bukan nama saya. Nama saya adalah (sebutkan nama asli). Ajarkan juga hal tersebut kepada keluarga dan orang-orang yang anda sayangi.

Di akhir sharing-nya, kak Yori menegaskan bahwa untuk mengatasi kasus bullying tidak bisa sendirian. Tetapi harus kita semua. Dalam slide terahir tertulis “An Upstander will no longer be Bystander”.

Kesimpulannya, kasus bullying adalah masalah sosial dan penanganannya pun harus dilakukan secara bersama-sama.

Menyambung sharing dari kak Yori, ada yang menurut saya sedikit berbeda dan sangat menarik dari pembicara selanjutnya, yaitu kak Elizabeth Santosa (Ms Lizzie). Straight to the point, Ms Lizzie mengatakan bahwa akar masalah dari kasus bullying adalah lingkungan keluarga.

Bibit-bibit bullying seperti agresivitas, gejolak emosional, itu didapat dari pola asuh di rumah. Sehingga jika ingin mengurangi atau memberantas budaya bullying yang sudah terlanjur mewabah luas di masyarakat adalah:
1. Perbaiki pola asuh di rumah,
2. Jalankan aturan dan konsekuensi dengan tegas dan konsisten,
3. Ajarkan sebab akibat dan tanggungjawab kepada anak. Jika hal itu dijalankan di setiap rumah, maka yakin, tidak akan ada kasus bullying yang marak seperti saat ini.

Dari pengalaman mengikuti workshop kemarin, saya memiliki kesimpulan yang mungkin bisa menjadi referensi buat Ayah, Bunda, Kakak, Adik, Pak Guru, Bu Guru dan pembaca yang budiman sekalian. Isu cyberbullying adalah isu yang melibatkan semua pihak, oleh karenanya mari mengambil peran sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.

Apa yang harus lakukan jika anda menjadi: 

1. Korban cyberbullying
Think before posting anything!
Set privasi akun sosmed kamu!
Block akun yang tidak anda harapkan!
Laporkan jika ada perkataan/tulisan/gambar yang merugikan anda ke pihak yang berwajib! Karena anda dilindungi oleh negara dengan UU ITE.

2. Pelaku cyberbullying
Think before posting!
Apa yang kau tanam, itulah apa yang kamu petik (GOD never sleep).
Satu kata anda yang menyakiti orang lain, bisa membawa anda ke penjara.

3. Orangtua
Jadilah pendengar yang baik
Ayah Bunda juga harus melek teknologi
Jika Ayah Bunda merasa risih untuk memiliki akun sosmed, minta tolonglah kepada adik, keponakan atau siapa pun kerabat dekat yang bisa dipercaya yang berteman dengan akun sosmed anak agar Ayah Bunda bisa mengetahui apa yang anak tulis, posting, dan teman-temannya di sosmed.

Ayah bunda juga tidak memfasilitasi anak dengan smartphone atau gadget jika mereka belum siap, karena risiko akan kembali ke Ayah Bunda jika penggunannya disalahgunakan.

Lebih bijaklah jika anak Ayah Bunda menjadi korban cyberbullying. Berikan pemahaman akan sebuah konsekuensi, tidak membuat anak jadi manja dengan menuntut pelaku secara berlebihan.

4. Pengelola Sekolah
Buatlah peraturan (SOP) terkait penggunaan perangkat teknologi. Sosialisasikan dengan baik kepada setiap orangtua sebelum KBM dimulai.
Siswa TK-SD, tidak diperkenankan membawa gadget
Siswa SMP-SMA tidak memegang HP selama jam KBM
Wali kelas membuat grup di FB dan mengisinya dengan info-info positif, kuis dan lain-lain.
Wali kelas berteman dengan akun sosmed siswa.

5. Pemerintah
Terus melakukan kajian dan evaluasi undang-undang terkait. Konsisten dan tegas menjalankan undang-undang. Lebih mendisiplinkan program-program media dengan melakukan pengawasan yang konsisten.

6. Masyarakat
Be Upstanders!
Mungkin terlihat berat dan membutuhkan upaya yang teramat sangat berat untuk mengatasi masalah yang sudah terlanjur mewabah, tapi setidaknya mari kita mulai dari diri sendiri, mulai dari saat ini, kita berbuat bersama-sama untuk masa depan generasi mendatang yang lebih baik lagi.
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER