Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam cerita fiksi, makhluk pemakan darah selalu identik dengan sosok vampir. Ia menghisap darah karena membutuhkan energi untuk hidup abadi.
Tetapi di dunia nyata, dapatkah manusia meminum darah seperti yang dikisahkan? Apakah darah mempengaruhi umur dan energi seseorang?
Menurut dunia kesehatan, darah memang komponen penting dalam tubuh. Ia sangat membantu bila berada pada tempat yang tepat, seperti pembuluh dan jantung. Tetapi jika darah berada di pencernaan, akan berbeda dampaknya.
Darah memiliki kandungan zat besi. Bila terlelan dalam dosis wajar seperti satu sendok teh, tidak mengakibatkan kerugian. Tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, seseorang akan mengalami keracunan zat besi yang menyebabkan gangguan pencernaan.
Berlebihnya zat besi disebut hemokromatosis. Dalam keadaan parah, dapat menyebabkan kerusakan hati, penumpukan cairan di paruparu, tekanan darah rendah hingga gangguan saraf.
Tubuh manusia tidak memiliki mekanisme pencernaan yang cocok untuk mengkonsumsi darah.
Berbeda dengan hewan peminum darah, seperti kelalawar yang membutuhkan cairan darah untukmembuat hemoglobin.
Hemoglobin ini berfungsi untuk membawa oksigen dari paruparunya hingga ke jaringan tubuh.
Dalam saluran pencernaannya terdapat membran mukosa pada ususnya yang mengontrol jumlah asupan zat besi berlebih.
(rkh/rkh)