Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang tak kenal B.J Habibie? Inovator "gila" kelahiran Gorontalo 25 Juni 1936, Presiden ke-3 Indonesia yang mengubah cara pandang banyak orang terhadap Indonesia, mengapa bisa begitu? Mari kita bahas.
Masa kecil
Rudy, panggilan akrab masa kecilnya, menghabiskan masa kecilnya di Pare Pare. Kala itu pesawat tempur Perang Dunia II memusnahkan dan meluluhlantakkan desa. Kala itu Rudy yang kita ketahui sekarang sebagai inovator bidang pesawat terbang Indonesia ternyata dahulunya sangat membenci pesawat terbang. Namun dengan tuntunan Alwi Habibie, ayah Rudy, untuk mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik, maka ubahlah pesawat terbang tersebut untuk hal yang lebih bermanfaat. Buat pesawat terbang yang dapat membuat kita agar tidak kesulitan bertemu dengan sanak saudara yang berjauhan. Rasa penasaran dan tanda tanya di kepalanya membuat dia tak pernah berhenti memikirkan hal-hal yang berbau kerekayasaan, dan saat kecil pula ia bertekad untuk menjadi ahli kerekayasaan di bidang teknik.
Pemikiran
Di buku
Tak Boleh Lelah dan Kalah, penulis menyampaikan beberapa gagasan eyang Habibie untuk pemuda Indonesia sebagai "sentilan" manis eyang yang membuka pikiran kita sebagai generasi pengisi kemerdekaan Indonesia.
Sebagian besar orang pasti memiliki pandangan bahwa eyang Habibie memiliki pemikiran yang selalu membahas nasionalisme dan semangat pembangunan saja, nyatanya tidak sesempit itu. Beberapa gagasannya kali ini sangat lekat dengan anak muda yaitu tentang cinta, karakter, pendidikan, persahabatan, karya, kreativitas dan lainnya.
Pada gagasan pertamanya, membahas mentalitas kasir, sebagian besar orang pasti berpikir bahwa kita harus memikirkan keuntungan tertinggi dan efek yang langsung terasa karena itu pertimbangan yang dapat langsung dinikmati langsung tanpa harus menunggu-nunggu waktu. Indonesia tak lepas dari makanan pokok yaitu nasi, Indonesia juga merupakan produsen beras tertinggi ketiga setelah China dan India dengan angka produksi per tahun 70,8 juta ton.
Beras yang dijual dapat diketahui harganya dari harga per kilonya. Begitu juga pesawat terbang juga dapat diketahui harganya dari harga per kilonya yaitu harga pesawat terbang dibagi berat pesawat terbang dalam keadaan kosong (tanpa muatan dan tanpa bahan bakar).
Ternyata, harga per kg pesawat terbang sama dengan harga 450.000 kg atau 450 ton beras. Jadi, jika ingin memproduksi pesawat dengan berat 10 ton harus diimbangi dengan 4,5 juta ton beras. Antara beras dan pesawat yaitu bidang agroindustri dan industri canggih pasti dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan produktif.
Mentalitas kasir yang dimaksud di sini adalah sikap dan perilaku yang hanya memerhatikan pemasukan dan pengeluaran uang yang dipertanggungjawabkan saja, dengan mengabaikan latar belakang proses bagaimana pemasukan tersebut diperoleh. Apakah memiliki nilai tambah (
added values) ataukah sekadar biaya tambah (
added cost).
Nilai tambah berarti ada proses produksi yang melibatkan peran SDM, sehingga semakin terampil dan berpotensi berkelanjutan. Sementara biaya tambah tak ada proses produksi yang melibatkan SDM sehingga sifatnya berkelanjutan. Artinya dengan perjuangan membuat pesawat terbang banyak sekali nilai tambah yang didapatkan bayangkan saja ratusan bahkan ribuan orang harus bekerjasama membangun pesawat terbang dengan mengandalkan kemampuan khusus masing-masing orang.
Mungkin saja dengan kerja keras yang telah dilakukan dan kemampuan masing-masing orang bisa jadi kelak suatu saat per orang nanti bisa mengganti produksi beras dari pemasukan yang didapatkan dari penghasilan produksi produk industri canggih.
Gagasan yang kedua yang ingin dibahas yaitu mengenai tugas generasi muda Indonesia. Ada pertanyaan besar mengenai gagasan ini. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemuda Indonesia untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik?
Jawabannya yaitu meningkatkan disiplin, produktivitas dan kualitas berpikir, bekerja, serta berkarya sesuai kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Untuk sanggup melakukan ini, pemuda Indonesia wajib mencintai negerinya, mencintai seisinya yaitu masyarakatnya, cinta pada pekerjaannya dan cinta pada Tuhan Yang Maha Esa.
Jika saja pemuda Indonesia bisa fokus untuk memikirkan dan melakukan hal-hal ini dapat dibayangkan interaksi sesama pemuda tidak lagi sekadar membicarakan kehidupan artis-artis di negara maju tapi bisa jadi interaksinya berubah jadi membahas bagaimana dan apa yang dilakukan masyarakat negara maju untuk tetap mempertahankan kemajuan negaranya.
Hhal ini saya coba hubungkan dengan gagasan mengenai karya atau prestasi. Karya atau prestasi adalah salah satu hal yang dilakukan masyarakat negara maju dalam mempertahankan dan terus meningkatkan kemajuan negaranya.
Korea Selatan pada masa awal kemerdekaannya sangat fokus membangun infrastruktur dan pengembangan produksi produk industri canggih seperti produksi semikonduktor. Salah satu industrinya yaitu Samsung.
Hal-hal yang dilakukan yaitu melakukan ciptaan baru yang belum pernah ada dan dapat meningkatkan kualitas hidup dalam arti yang luas. Yang dapat disebut karya dan memiliki kemampuan untuk merealisasikan karya sesuai jadwal yang dibiayai dengan pengorbanan serendah mungkin.
Yang disebut prestasi, itu semua pasti diawali dari mimpi besar. Tapi banyak kesalahpahaman seakan-akan mimpi menjadi permainan yang menipu bagi sebagian besar orang. Karena pada akhirnya jika mimpi tidak mendasar malah akan membuat seseorang malah terbunuh karena mimpinya yang terlalu tingi.
Dijelaskan bahwa eyang Habibie tak pernah bermimpi. Yang dikembangkan adalah cita-cita berdasarkan suatu wawasan yang jelas, realistis, mencerminkan kebutuhan masyarakat, juga kepentingan nasional yang disesuaikan dengan kemampuan yang terus beliau tingkatkan. Beliau melakukannya tahap demi tahap, produktivitas, disiplin bekerja dan kualitas karya beliau kemudian meningkat.
Lalu, yang menjadi hal penting adalah pendidikan merupakan hal dasar yang dapat menjadi alat bantu bermimpi, berprestasi, dan meningkatkan mental. Eyang Habibie memiliki sahabat sejati, salah satunya otaknya sendiri!
Dengan diiringi rasa penasaran yang tinggi, beliau menjadikan otaknya sebagai guru pribadi. Karena otak yang paling setia menemani kita berpikir dan menemukan solusi selama 8.736-8.760 jam dalam satu tahun.
Dengan pendidikan pemuda Indonesia dipastikan akan berpikir dengan lebih baik dan memandang setiap permasalahan khususnya di Indonesia. Tidak terlalu fokus dengan sisi negatifnya, tapi seperti yang dikatakan Jack Ma, untuk menjadi sukses kita harus berpikir berbeda.
Merasa beruntunglah jika ada orang yang mengeluh dan kita mendengarnya. Karena artinya ada kesempatan bagi kita untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Yang ingin coba saya bagikan di sini adalah bahwa dengan fokus untuk melihat peluang dan menggunakan pendidikan dengan baik.
Pendidikan yang berhasil adalah jikalau dengan pengetahuan dasar yang dibutuhkan dapat diperoleh untuk menjadikan unggul dalam bidang yang ditekuni melalui penerapannya pada pekerjaan dan gagasan atau pesan yang terakhir. Yang ingin coba saya bagikan yaitu menjadi mata air, tak cukup bersemangat atau terinspirasi saja tapi dibutuhkan untuk tergerak menjadi penular virus positif. Untuk bisa menguatkan diri dan orang lain untuk terus bergerak dan mengendalikan arus agar dapat mengarahkan diri menuju cita-cita sejati.
Pesan Alwi Habibie kepada Rudy: "Rudy, jika kamu menjadi dewasa, memimpin suatu keluarga atau apa saja, berperilakulah sebagai 'mata air bersih' yang menjadikan semua kehidupan sekitarnya tumbuh subur dan mekar!"
Setelah memahami dan merancang apa yang harus dilakukan tak cukup berpuas diri menjadi pribadi yang berprestasi, tapi menjadi pengaruh positif yang membangkitkan dan menularkan semangat untuk sekitar itu diperlukan. Sebab sejatinya Indonesia akan sangat membutuhkan pemuda-pemuda yang dapat menggerakkan sesama.
Perlu dipahami bersama bahwa dengan bonus demografi yang perlahan-lahan terasa, alangkah baiknya kita mulai peka untuk memanfaatkan kesempatan ini. Melihatnya sebagai peluang berkarya 'bareng' bukan bersaing yang tak sehat. Bayangan saya, kita adalah setetes air yang berkumpul dengan pemuda lainnya, yang juga tetesan air, kemudian bersatu menghibahkan diri untuk menyuburkan tanah air Indonesia. Betapa indahnya kemudian bermekaran bunga-bunga dan pohon rindang yang menyejukkan banyak orang.
Di tulisan ini, penulis berharap kita dapat memikirkan dan mengejawantahkan pemikiran kita semua menjadi sebuah solusi nyata yang kelak dapat mengakselerasi kemajuan bangsa. Penulis bertujuan untuk meningkatkan sekaligus mengingatkan diri sendiri sekaligus pembaca bahwa Indonesia sedang di pundak pemuda-pemudanya, yang diberikan amanah untuk menjadikan negara ini tidak sekadar berbicara mengenai potensi SDA tapi mulai fokus memikirkan, merancang dan mengakselerasi kebutuhan SDM.