Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika Sang Semesta, memberi haknya pada makhluk hidup maka hiduplah. Adakah kemarahan alam pada makhluk. Tidak. Revolusi. Evolusi. Dua hal itu, kewajiban Alam Raya, pemberi pelajaran kebaikan pada makhluk hidup. Sifatnya pasti.
Terjadilah kepastian kebaruan. Itu hakikatnya, makrifatnya, kehidupan universal. Alam memberi kemufakatan sepihak tanpa kompromi jika hak kesemestaannya dirampas.
Jadi, ramahlah pada Alam Raya. Jangan sombong atau takabur. Teknologi modern cuma noktah saja bagi Sang Semesta, pemberi ilmu pengetahuan.
Makhluk cuma debu menunggu mati oleh tangannya sendiri. Lihat saja ‘manipulasi dan perang’ tak habis-habisnya di ranah dogma abstraksi-politisasi pilihan makhluk hidup.
Revolusi dan evolusi Sang Semesta, siklus kepastian waktu kehidupan tunggal, kembali dan terus berputar pada “Kun…”
Selanjutnya perubahan pada makna kembali menjadi keluasan wawasan kebudayaan, di dalamnya ada berjuta manfaat positif ilmu pengetahuan bagi perjalanan waktu peradaban. Negatif atau positif kembali pada pilihan para makhluk hidup.
Evolusi. Revolusi. Suatu lembaran menuju kebaruan dari suatu tujuan cita-cita, di bangsa-bangsa di makhluk-makhluk, di kehidupan, di lukisan-lukisan perubahan waktu seirama musikalisasi Jagad Raya, pemberi segala ada. Segala keindahan, di musim-musim, di bunga-bunga.
Daun gugur, berlaku sebagaimana mestinya tanpa menghujat tanah pemberi nutrisi bagi pepohonan, menampung air penghujan, menyimpannya dalam kesucian. Tanpa arti negatif dalam kosa kata keterbatasan, kesombongan adikuasa, seakan mencoba melupakan makna sejarah.
Peradaban mata rantai kejadian penciptaan ketepatan perjanjian, tanpa menyakiti siapapun atau menghujat siapapun. Hadir dan tercipta validitas-vitalitas universal. Maka terjadilah maha terjadi.
Sejarah keajaiban bagi makhluk hidup tersedia segala fasilitasnya telah diciptakan ada, bergerak, berdetak, berdenyut dalam satu kecepatan tak terhingga bertemunya siklus waktu. Mencipta ruang-ruang persinggahan bagi makhluk dimuliakanNya.
Membentuk kesadaran pada pola laku kemanusiaan di ranah tugas saling memahami, membangun persaudaraan di gugusan seluruh bintang di semesta. Seterang cahaya pada perbedaan waktu. Jarak pada titik beku terbentuknya para planet. Di sana ada keserupaan, ada kesetaraan, ada cahaya sinari mata hati membiaskan kebersamaan menuju kemuliaan universal.
Bukan menerakakan tuduhan pada fakta sejarah. Bukan menyalakan api mengobarkan perang atas nama ‘suci’ pada egoisme pikiran terperangkap dogma. Lalu nol tidak dianggap ada ketika angka dibangun akal budi dimulai dengan angka satu.
Nol, sesungguhnya awalan kepastian sifat matematis, menghadirkan angka-angka sperma kesuburan menuju ovum tujuan, saling terperangkap siklus detak-titik oksigen kehidupan.
Sebuah sejarah melahirkan, menghidupkan, memperjuangkan hak kesetaraan unit hidup. Tanpa mengatakan “aku suci maka aku lahir, maka aku mati, maka aku bangkit, maka aku ada.” Dia suci, memang dilahirkan atas segala kewajiban ditugasNya.
Maka bekerjalah Dia. Maka mengabdilah Dia. Mendirikan hak pernyataan bahwa kesia-siaan harus dihentikan di tengah parodi konspirasi sektarian imperium zamannya kala itu. Bermanfaat menjadi kemaslahatan akhirnya pada kebangkitanNya.
Sakitnya. Pecutnya. Lukanya. Sayatannya. Perihnya. Dicemooh. Didera barbarisme konspirasi oportunis kekuasaan sektarian imperium kala itu. Segala kenistaan telah dihinakan bagiNya.
Karena Dia dan keyakinanNya pada tugas iman adalah tugasNya. Sirnalah segala lecutan pecut pada siksa, membangkitkan keyakinanNya mencahayai semesta.
Kudus cintaNya. Memuliakan kewajiban tugas-tugasNya, kerja bagi imanNya. Tak pernah Dia janjikan kepada siapapun. Dia hanya mengalir sekehendak Sang Semesta. DarahNya menjadi langit menjadi mendung meneteskan hujan. Membersihkan dunia untuk umatNya.
Jangan hanya pandai mengecam. Provokasi massa. Telah terbukti. Segala hal suci pada tali kasih, cinta, saling menyayangi, menyuburkan pertumbuhan persaudaraan seluas langit surgawi, akan menghentikan kehendak barbarisme dalam bentuk apapun, di sejarahNya, di zamanNya.
Tak perlu fakta kunci atau alat-alat perang modern. Kekuatan manusia ada batasnya, telah dibatasi oleh kehendak suci awal penciptaan. Itu sebabnya Dia lahir. Dia ada. Ujud dari kehidupan, kebijaksanaan, menghadapi kekuasaan sektarian imperium kala itu.
Hadir dalam iman universal. Putih di atas putih, tak serupa putih apapun. Tak perlu tinta emas menuliskan sejarahNya. Universe, telah mengetahui kehadiran imanNya di setiap detik waktu. Salam Paskah di hari terputih bagi semua mazmur kebangkitan di hatimu saudaraku.
Salam cinta Indonesia. Negeri para sahabat. Rumah bagi kemuliaan kebaikanNya, pada sesama dan saudara-saudaraNya. Salaman.