Mengapa Dunia Maya Lebih Asyik Daripada Teman di Sebelah

CNN Indonesia
Senin, 21 Agu 2017 14:49 WIB
Manusia layaknya simbiosis mutualisme dengan yang lainnya. Namun jika mengenal tetangga sebelah saja tidak bagaimana ia akan meminta bantuan terhadap sesamanya?
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Deddy Sinaga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah perbuatan sederhana yang kaya akan manfaat. Hal kecil yang tidak mudah dilakukan oleh semua orang, apalagi di era abad ke-21 dengan teknologi yang serba canggih dan serba maya, secara tidak langsung hal ini telah mengubah tatanan sosialisasi masyarakat.

Indonesia yang terkenal dengan keramah-tamahannya dan sistem gotong royong yang tinggi tampaknya tak menunjukkan lagi gaungnya. Pasalnya teman di dunia maya lebih mengasyikkan dari pada sekedar menyapa sebelah tempat duduk kita.

Perubahan tatanan inilah yang perlu dikhawatirkan. Mengapa? Hakikat manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Ia akan mencari bantuan dengan sesamanya dalam segala aspek kehidupan. Manusia layaknya simbiosis mutualisme dengan yang lainnya. Namun jika mengenal tetangga sebelah saja tidak bagaimana ia akan meminta bantuan terhadap sesamanya?

Menurut survei dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) selama tahun 2016 pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang dengan 95% penggunanya menggunakan internet untuk mengakses jejaring social.

Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Selamatta Sembiring mengatakan bahwa situs jejaring sosial yang paling banyak diakses yaitu Facebook dan Twitter. Dan Indonesia sendiri menempati urutan ke-4 pengguna Facebook terbesar setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India.

Dari survey di atas bisa kita gambarkan bahwa penggunaan media sosial yang semakin meningkat di Indonesia, dampak positif dengan mudahnya mengakses informasi dan jarak serta waktu yang tidak menjadi halangan memang ada. Tapi mari kita berefleksi terhadap keadaan di sekitar kita.

Banyak kita saksikan anak muda yang betah berjam-jam untuk berkenalan ataupun sekedar menyapa “hai” dengan teman dunia mayanya yang bahkan status dan keberadaannya pun masih dipertanyakan. Lalu ketika ia diundang untuk sekedar menghadiri acara hajatan tetangganya dengan mudah ia tolak karena berbagai alasan.

Masih bisakah kita mempertahankan budaya ketimuran yang penuh etika ini? Yaitu menggalakkan kembali budaya 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun)?
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER