Jakarta, CNN Indonesia -- Badai belum akan usai. Meski gerhana supermoon baru saja usai. Ambisi, ngumpet di gorong-gorong. Argumentasi seakan kontekstual berevolusi di koloni. Program, waspadai sistem. Hitungan berjalan, waktu matematis berlari, realitas harus dibangkitkan. Cita-cita tidak bisa sekadar ditulis saja. Realitas kerja untuk diri dan negeri tercinta.
Para generasi di segala usia kibarkan terus Sang Saka Merah Putih. Peradilan wajib membangun wibawa. Bersihkan polusi tipu daya. Keadilan tidak boleh seperti nasi goreng kurang garam dan kurang pedas. Siapa pencuri. Siapa penjahat. Wajib segera ditentukan bunyi palu vonis.
Siapa tahu tapi pura-pura tak tahu atau pura-pura tak tahu tapi tahu. Keadilan.
Pahlawan; Wartawan, tentara, mahasiswa, hakim, jaksa, polisi dan sipil, aktivis di antara api gejolak suara keadilan menuju keseimbangan kosmik dalam rangkaian hukum-hukum humanisme.
Sains. Kultus teknologi jadi zaman baru fakta terkunci di sangkar madu. Kepada siapa bertanya. Keadilan seakan beku menjadi bunga kamboja. "Hum Pim Pah." Menjadi singkong rebus aklamasi diplomasi. Lalu, ada, bertanya ke tiada. Ada jawaban, "Aku bramacorah. Kamu mau apa!"
Ancaman, menjadi gundik pialang modal, koruptif, adaptif melebur di zaman berlari. Siklus musim berbunga atraksi sirkus, berkelit jumpalitan. Siapa berguna untuk siapa. Siapa membayangi untuk siapa. Siapa berjuang untuk siapa. Siapa bekerja untuk siapa.
Siapa bergumam di langit, berlompatan, berebutan, berdengung. "Hum Pim Pah." Ngumpet di dalam berkas-berkas hukum-hukum moral. Para durjana manipulator mencoba terus berkelit, mengolah hidup, melukis horizon.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus memburu, menggempur kaum mastodon manipulator-koruptor. Salam Indonesia Unit Anti-korupsi.
(ded/ded)