Beijing, CNN Indonesia -- Tiongkok dan Thailand sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam mengatasi gelombang imigrasi ilegal, berkaitan dengan ditemukannya sejumlah imigran ilegal dengan etnis Uighur di Thailand yang diduga berasal dari daerah Xinjiang, Tiongkok.
Para pejabat Tiongkok bulan lalu melaporkan sejumlah etnis Uighur ditemukan polisi Thailand dalam operasi penangkapan penyelundupan manusia. Rencananya, etnis Uighur tersebut akan dipulangkan ke Xinjiang.
Laporan tersebut dikonfirmasi oleh Kepolisian Thailand yang menyatakan terdapat sekitar 200 orang etnis Uighur yang diselamatkan polisi pada Maret lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imigran Uighur diyakini melarikan diri dari Xinjiang akibat dongkol atas pemerintahan Tiongkok yang kerap mendeskreditkan agama dan budaya Islam yang mereka yakini.
Seperti dilaporkan Reuters pada Rabu (24/12), kedua negara menyatakan mereka akan memperkuat pertahanan melalui berdialog keamanan antara kementerian pertahanan mereka.
"Kedua negara akan meningkatkan kerjasama dalam pencegahan dan pemberantasan imigrasi ilegal, perdagangan narkoba, terorisme dan kejahatan transnasional," begitu bunyi komunike bersama yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri Tiongkok menyusul kunjungan Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha ke Beijing, Senin (22/12) lalu.
"Thailand memandang Tiongkok dapat berkontribusi secara signifikan untuk bidang kesehatan, perdagangan anti-narkoba dan perdagangan manusia," seperti tulis komunike tersebut, yang tidak menyebutkan secara gamblang tentang etnis Uighur.
Pemerintah Tiongkok menilai etnis Uighur bertanggung jawab atas kerusuhan di Xinjiang dalam dua tahun terakhir yang telah menewaskan ratusan orang.
Kelompok militan etnis Uighur dinilai melancarkan gerakan pemberontakan karena ingin mendirikan negara merdeka di wilayah Turkestan Timur.
Sejumlah warga etnis Uighur mulai melarikan diri dari Tiongkok ke Asia Tenggara, dengan tujuan ke Laos, Myanmar dan Thailand.
Komunike yang dibentuk Tiongkok juga menyebutkan situasi politik Thailand paska kudeta awal tahun ini yang dikecam oleh sejumlah negara Barat.
"Tiongkok menegaskan pemahamannya tentang situasi politik di Thailand. Tiongkok menyatakan dukungan bagi upaya oleh Pemerintah Kerajaan Thailand dalam melaksanakan reformasi nasional, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," tulis komunike tersebut.
Dalam kunjungannya Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang ke Thailand pekan lalu, dia menawarkan dana lebih dari tiga miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman dan bantuan kepada negaa tetangga seperti Kamboja, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Laos untuk meningkatkan infrastruktur dan produksi.