Jakarta, CNN Indonesia -- Drama pertikaian Iran dan Barat di panggung dialog nuklir masih akan berlanjut di tahun depan, saat sekali lagi perundingan tersebut tidak membuahkan hasil yang berarti.
Kedua pihak sama-sama enggan mengurangi tuntutan—Iran setengah hati memenuhi permintaan Barat mengurangi centrifuge nuklir dan AS berat mencabut sanksi dan embargo terhadap Negeri Mullah itu.
Iran dan negara P5+1—Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Perancis, Inggris dan Jerman, sepakat memperpanjang lagi tenggat waktu pencapaian keputusan terhadap program nuklir Teheran hingga Juli tahun depan.
Dengan perpanjangan ini, publik dunia masih akan disuguhi berita pertarungan kepentingan antara Barat dan Iran tahun depan, 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor berita Tiongkok, Xinhua, menyebutkan perpanjangan tenggat waktu ini mungkin adalah satu-satunya kemajuan yang diperoleh dalam perundingan yang hidup-mati tanpa sama sekali ada kesepakatan.
Mantan Kesayangan Amerika Menlu AS John Kerry (kanan) dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif (kiri) bersama Menlu Oman Yussef bin Alawi dan perwakilan Uni Eropa Catherine Ashton di Muscat, 9 Novemebr 2014 dalam pembicaraan soal nuklir Iran. (Reuters/Nicholas Kamm/Pool) |
Sebenarnya Iran adalah kesayangan AS sebelum revolusi yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlevi tahun 1979 terjadi. Sebelumnya, AS melancarkan program nuklir bersama dengan Iran tahun 1957 saat negara itu dipimpin oleh Mohammed Mossadegh.
Revolusi Islam Iran membuat Barat khawatir negara itu akan menggunakan program nuklir untuk menciptakan bom atom dengan melakukan proses pengayaan uranium tingkat tinggi.
Iran selalu membantah tuduhan ini dengan mengatakan bahwa tenaga nuklir mereka untuk tujuan damai, yaitu pembangkit energi dan medis.
Pada pemeriksaan Badan Energi Atom Internasional, IAEA, tahun 2003 ditemukan jejak uranium dengan pengayaan tingkat tinggi di fasilitas pengaya uranium di Natanz. Iran menghentikan sementara pengayaan namun melanjutkannya kembali pada 2006.
Akhir 2006 Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi terhadap Iran karena dianggap membangkang dan tidak menghentikan program nuklir mereka. Tujuh tahun ke depan, sanksi diperluas hingga pelarangan penjualan senjata, pelarangan bepergian bagi warga Iran dan larangan membeli minyak Iran.
Beberapa kemajuan dicapai dalam perundingan akhir tahun lalu di Jenewa dan IAEA terus melakukan pengawasan terhadap Iran.
Menurut laporan IAEA, Iran telah menghentikan 20 persen pengayaan uranium, salah satu langkah teknis untuk mengembangkan uranium untuk senjata. Iran juga menangguhkan aktivitas reaktor air berat dan Plutonium di Arak.
Iran juga berjanji akan membangun fasilitas untuk mengubah lima persen uranium yang telah dikayakan menjadi oksida yang tidak bisa digunakan lagi untuk pengayaan selanjutnya.
AS dan Uni Eropa, sebagai imbalannya, sepakat menghentikan beberapa sanksi ekonomi terhadap Iran di beberapa sektor, termasuk otomotif, emas dan perdagangan logam berharga, suku cadang pesawat dan ekspor petrokimia.
Teheran juga akan mendapatkan keringanan sanksi sebesar US$7 miliar, sebanyak US$4,2 miliar di antaranya berasal dari pemasukan perdagangan minyak yang rekeningnya dibekukan.
Salah satu faktor utama kemajuan ini adalah terpilihnya Hassan Rouhani sebagai presiden Iran tahun 2013. Rouhani dikenal lebih moderat ketimbang pendahulunya Mahmoud Ahmadinejad yang terkenal dengan retorika anti-Baratnya setiap berpidato.
Rouhani membuat angka inflasi di Iran turun dari 39 persen menjadi 17 persen dan perekonomian Iran diperkirakan akan tumbuh 1,5 persen setelah melalui resesi selama dua tahun, berdasarkan data IMF.
Pengganjal Utama Presiden Iran Hassan Rouhani berjanji untuk mengakhiri sanksi ekonomi dari Barat. (Reuters/Adrees Latif) |
Batu ganjalan terbesar tidak tercapai kesepakatan yang menyeluruh dalam perundingan Teheran dan Barat adalah soal seberapa banyak Iran bisa mengembangkan nuklir, serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan AS dan sekutunya untuk mencabut seluruh sanksi pada Iran.
Barat ingin Iran memangkas fasilitas uraniumnya, termasuk mengurangi jumlah centrifuge menjadi hanya beberapa ribu saja.
Laporan media terbaru mengatakan pemerintah Obama setuju untuk meminta Iran memotong centrifuge hingga 6.000 saja, naik dari tuntutan beberapa pekan sebelumnya yaitu 4.000 centrifuge.
Iran saat ini mengoperasikan 9.400 centrifuge dan sekitar 10 ribu yang tidak beroperasi serta bersikeras tidak akan menguranginya karena jumlah ini diperlukan untuk memberikan daya bagi listrik dan keperluan damai lainnya.
Pemimpin Iran boleh keras kepala, namun keadaan kantong negara akan memaksa mereka mengambil langkah yang tidak populer.
Pemasukan dan gaya hidup warga Iran semakin tercekik akibat sanksi dan embargo Barat.
Ditambah akhir tahun 2014 harga minyak dunia merosot tajam, membuat Iran mengencangkan ikat pinggang untuk anggaran keuangan 2015.
Banyak yang menduga dalam himpitan ekonomi, di harga minyak terendah sejak krisis 2008, Iran akan melunak dan akan segera menuntaskan seteru nuklir demi mencabut sanksi yang membuat mereka terkucil dari sistem perbankan global dan investor asing.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menyiratkan optimisme akan berakhirnya polemik nuklir Iran pada 2015, entah berakhir baik atau buruk.
"Hari ini kami semakin dekat dengan kesepakatan yang akan membuat seluruh dunia lebih aman. Apakah mungkin pada akhirnya kami tidak akan mencapai kesepakatan? Tentu saja. Tapi kami tidak akan duduk di kursi negosiasi selamanya. Tapi melihat sudah sejauh apa kami melangkah--jelas ini bukan waktu untuk menyerah," kata Kerry November lalu, dikutip The Guardian.
Hal serupa disampaikan Rouhani.
"Selama perundingan di Wina, banyak celah yang dipersempit dan posisi kami dengan pihak lain kian dekat," kata Rouhani kepada stasiun berita Iran.