Washington, CNN Indonesia -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung pada Minggu (4/1) bahwa Amerika Serikat kemungkinan akan memeriksa kembali jadwal penarikan pasukan koalisi yang dipimpin AS di Afghanistan pada akhir 2016.
"Tenggat waktu bertumpu pada pemikiran. Namun tenggat waktu tidak harus menjadi dogma," ujar Ghani kepada program CBS '
60 Minutes' ketika ditanya tentang isu ini, dikutip Reuters.
"Jika kedua belah pihak, atau dalam kasus ini, banyak pihak telah melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan dan kemajuan yang sangat nyata, mereka harus bersedia untuk memeriksa kembali tenggat waktu," ujar Ghani menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika ditanya tentang apa dirinya telah memberi tahu Presiden AS Barack Obama, Ghani mengungkapkan, "Presiden Obama tahu saya. Kami tidak perlu memberi tahu satu sama lain."
Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Kementerian luar Negeri dan Pentagin belum memberikan keterangan resmi terkait isu ini.
Selain itu, Ghani juga menambahkan bahwa dirinya khawatir dengan kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS.
Menurut Ghani, kelompok tersebut memiliki potensi besar yang mengancam keamanan Afghanistan.
"Karena masa lalu telah menunjukan kepada kami ancaman dari jaringan (terorisme) yang bisa mengubah bentuk mereka," ujar Ghani.
ISIS diketahui merupakan kelompok yang melepaskan diri dari Taliban dan kini telah mengambil alih sebagian besar wilayah di Irak dan Suriah.
Jenderal AS John Campbell yang memimpin pasukan koalisi yang tinggal di Afghanistan mengatakan dalam sebuah wawancara di program yang sama, program CBS '
60 Minutes', bahwa ia tidak melihat ISIS.
"(ISIS tidak) datang ke Afghanistan seperti mereka datang ke Irak. Pasukan Keamanan Afghanistan tidak akan membiarkan hal itu," ujar Campbell.
Terhitung Kamis (1/1), sebanyak 350 ribu militer Afghanistan akan memikul tanggung jawab penuh dalam keamanan dalam negeri dan dalam melawan gerilyawan Taliban setelah pasukan koalisi pimpinan AS meninggalkan negara itu.
Pasukan koalisi pimpinan AS secara resmi mengakhiri misi pertempuran lebih dari 13 tahun setelah pemerintah Taliban Islam digulingkan pada akhir 2001 yang melindungi para perencana serangan 11 September 2001, serangan yang ditujukan kepada AS.
Sekitar 13 ribu tentara asing, mayoritas Amerika, akan tetap di negara tersebut di bawah misi dua tahun bernama 'Dukungan Tegas' untuk melatih pasukan Afghanistan.
Setidaknya 3.188 warga sipil Afghanistan terbunuh dalam perang intensif dengan gerilyawan Taliban pada 2014.
Menurut laporan PBB baru-baru ini, tahun 2014 menjadi tahun paling mematikan dalam catatan non-tempur.
(stu/stu)