TRAGEDI SHANGHAI

Jenazah Korban Tragedi Shanghai Belum Diserahkan

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 06 Jan 2015 17:25 WIB
Keluarga Korban insiden injak-menginjak di Malam Tahun Baru Shanghai masih terus ditekan untuk tidak mendesak polisi, sementara jenazah korban belum diserahkan.
Masyarakat yang berbondong-bondong ingin merayakan Malam Tahun Baru saling berdesakan dan puluhan terinjak-injak hingga tewas. (Reuters/Stringer)
Shanghai, CNN Indonesia -- Tiga hari setelah adik perempuannya dan 35 orang lain tewas terinjak-injak dalam insiden berdesak-desakan di Malam Tahun Baru, Wang Jianhua mengunjungi daerah tepi sungai Shanghai untuk mengambil gambar dan mengukur lokasi insiden.

Dia berniat mencari jawaban kenapa insiden ini bisa terjadi.

Wang dan keluarga korban tewas ketika merayakan tahun baru di daerah pinggir sungai Bund, Shanghai, yang bersejarah itu mengatakan belum mendapat jawaban dari pihak berwenang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wang mengatakan keluarga korban tidak diberi informasi apapun terkait situasi insiden itu, dan bahkan ditekan untuk tidak menyatakan kesedihan, terutama pada media internasional.

“Wawancara ini bisa membuat saya mendapat masalah besar. Tekanannya sangat kuat,” ujar Wang kepada kantor berita Reuters.

Insiden injak-menginjak ini dan reaksi keras dari pihak berwenang bisa mencoreng citra Shanghai sebagai kota paling kosmopolitan dan paling baik dikelola di Tiongkok.

Di kota ini terdapat begitu banyak kantor perusahaan global dan Shanghai berambisi menjadi pusat finansial dunia pada 2020.

Penyelidikan polisi biasanya dilakukan dengan sedikit, atau bahkan tanpa, informasi yang disebar ke masyarakat, jadi sebenarnya sudah lumrah bahwa keluarga korban tidak mendapat penjelasan atas kemajuan langkah polisi tersebut.

Adik perempuan Wang berusia 25 tahun dan baru pindah ke Shanghai setelah lulus universitas.

Dia terpisah dari teman-temannya ketika Malam Tahun Baru yang nahas itu.

Wang mengatakan hanya ingin mendapat jawaban jujur dari polisi, petugas kesehatan dan pemerintah. Namun, yang didapat adalah dia merasa dikejar-kejar.

“Polisi memeriksa saya dan beberapa dari mereka datang ke tempat penginapan sementara untuk mencari saya. Saya khawatir jika mereka menemukan saya, saya akan diancam dan memerintahkan saya berbicara,” ujarnya.

Upaya menghubungi kantor media kepolisian Shanghai oleh Reuters tidak mendapat jawaban.

Dalam upacara mengenang korban di bantaran sungai ini, diiringi tangisan keluarga korban meletakkan bunga dan membakar kertas sementara petugas pemerintah mengawasi mereka dengan ketat.

Polisi berseragam dan tanpa seragam mencoba menghalangi upaya wartawan mendekati keluarga korban yang digiring menuju tempat upacara melalui jalur yang dipagar.

Bahkan keluarga korban yang tidak datang ke acara itu pun mengatakan terus diawasi.

“Ada petugas yang terus menemani kami sepanjang waktu dan mereka melarang kami berbicara kepada media,” ujar seorang keluarga korban kepada Reuters melalui sambungan telepon.

“Menutupi Kebenaran”

Satu keluhan keluarga korban lain adalah jenazah mereka belum dikembalikan untuk dikubur.

“Kami akan terus berjuang hingga napas terakhir,” kata Wang.
Pada awalnya insiden ini diberitakan akibat orang berebut menangkap uang palsu yang dijatuhkan dari salah satu gedung, namun informasi ini kemudian dibantah. (Reuters/Stringer
“Kami harus mencari keadilan, mengetahui apa yang terjadi dan mencari tahu siapa yang bertanggungjawab. Jika tidak, kami akan mengecewakan jiwa korban yang hingga kini belum bisa diistirahatkan dengan layak.”

Surat elektronik dari departeken kesehatan Shanghai mengatakan bahwa sulit untuk mengidentifikasi seluruh korban dalam waktu cepat, sementara korban yang luka sudah sadarkan diri.

Departemen ini telah menghubungi keluarga mereka secepat mungkin dan jenazah korban yang tewas diperlakukan dengan baik.

Tiga anggota kelompok keluarga korban mengatakan bahwa pada Minggu (4/1) puluhan keluarga korban bersatu dan mendatangi kantor-kantor pemerintah untuk mendapat keterangan.

Tetapi mereka tidak mendapat jawaban.

“Kami tidak bisa membiarkan hal ini lebih lama lagi,” ujar Gu Yinjuan, kakak salah satu korban yang bergabung dalam kelompok keluarga korban.

“Sejak awal mereka tidak pernah memberitahu kami informasi apapun, kami terus menunggu dan menunggu.”

Keluarga korban juga mengatakan upaya menceritakan pengalaman mereka terus dihalangi.
Keluarga korban menghadiri upacara mengenang insiden malam Tahun Baru di Shanghai dan dihalangi berbicara dengan media. (Reuters/Aly Song)
Satu mikroblog yang dibuat untuk berbagi informasi ditutup pada Senin (5/1).

Anggota keluarga korban lain menyatakan media lokal, yang sebagian besar merupakan milik pemerintah, tidak menghiraukan upaya mereka dan hanya memberitakan berita-berita positif dari insiden ini.

“Laporan media domestik sangat bagus, menutupi kebenaran agar tidak bocor,” ujarnya.

Sejumlah orang yang mengaku dari kepolisian tetapi tidak memberi identitas mereka menghubungi sejumlah staf kantor berita Reuters melalui telepon untuk memperingatkan agar “tidak digunakan” oleh keluarga korban.

Media setempat sebenarnya telah menulis kritik atas insiden ini, antara lain pertanyaan mengenai jumlah polisi yang ditugaskan dan ketidakmampuan mereka mengendalikan begitu banyak pengunjung.

“Ini satu perilaku kurang waspada dari pemerintah, satu kecerobohan,” ujar Xinhua, kantor berita resmi Tiongkok.

Pesta kembang api di pinggir sungai di Shanghai ini pada tahun sebelumnya ditonton oleh lebih dari 300 ribu orang, sebenarnya telah dibatalkan tetapi sejumlah besar warga tetap berdatangan.

Seorang anggota kepolisian yang menolak diidentifikasikan mengatakan pihaknya tidak mengira jumlah orang yang datang akan begitu banyak dan mereka memang kekurangan petugas yang dikerahkan.

Sebagian besar dari korban berusia 20-an dan 25 diantaranya adalah perempuan.

Presiden Xi Jinping mendesak pemerintah Shanghai untuk menyelidiki insiden terburuk kota ini sejak kebakaran satu gedung apartemen yang menewaskan 58 orang pada 2010. (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER