Colombo, CNN Indonesia -- Paus Fransiskus memberikan nasihat kepada Sri Lanka untuk mencari kebenaran atas perang sipil berkepanjangan pada 1983 hingga 2009. Menurut Paus, hal tersebut patut dilakukan guna menciptakan kedamaian dan menyembuhkan luka di antara komunitas beragama.
"Proses penyembuhan juga harus mencakup pencarian kebenaran. Bukan untuk mengorek luka lama, tapi untuk kepentingan mengejar keadilan, penyembuhan, dan persatuan," ujar Paus Fransiskus sesaat setelah mendarat di Bandar Udara Bandaranaike, Sri Lanka, Selasa (13/1).
Sri Lanka pernah diamuk perang sengit antara warga Hindu Tamil dengan warga Sinhala, dan umat Buddha secara mayoritas. Kekalahan telak pemberontak Macan Tamil dalam sebuah serangan militer pada 2009 akhirnya mengakhiri pertempuran ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2011, perang ini menewaskan hingga 40.000 warga sipil.
Berbicara kepada mantan Presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa, Paus mengingatkan bahwa keberhasilannya mendamaikan pertikaian harus diikuti dengan pembangunan lingkungan yang merangkul kaum minoritas.
"Pembangunan kembali harus mencakup infrastruktur dan mempertemukan kebutuhan materi, tapi juga, dan yang paling penting, meningkatkan harkat manusia, menghargai hak asasi manusia, dan diterimanya anggota masyarakat dalam lingkungan," ungkap Paus Fransiskus.
Sekitar 70 persen warga Sri Lanka beragama Buddha. Sementara populasi umat Hindu di negara tersebut mencapai 13 persen, sementara umat Islam mencapai 10 persen. Tujuh persen tersisa diisi oleh umat beragama Katolik yang terbagi menjadi masyarakat Sinhala dan Tamil.
Rajapaksa sendiri dianggap sebagai pahlawan karena berhasil mengakhiri perang selama lebih dari dua dekade tersebut. Tak hanya itu, ia juga berhasil menggenjot roda perekonomian dan melakukan rekonstruksi infrastruktur.
Dalam lawatan tersebut, Paus membawa pesan dialog damai yang disambut hangat oleh pemerintah Sri Lanka. Jajaran pemerintah yang baru terpilih pekan lalu ini menjanjikan peningkatan penghormatan terhadap warga dengan agama minoritas.
Kendati demikian, Rajapaksa menolak untuk mengizinkan penyelidikan independen terhadap dugaan kejahatan perang selama periode represi kepada minoritas agama serta lawan-lawan politik.
Kedatangan Paus ke Sri Lanka merupakan bagian dari rentetan lawatannya ke berbagai negara. Minggu lalu, Paus bertandang ke Nigeria dan Perancis untuk meredakan konflik kekerasan yang diduga dilakukan oleh kelompok Islam militan.
"Ini adalah tragedi berkelanjutan di dunia kita sehingga banyak komunitas terlibat perang dengan dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk merekonsiliasi perbedaan dan ketidaksepahaman, baik itu lama atau baru, telah meningkatkan tensi antara warga etnik dan agama, yang biasanya disertai dengan pecahnya kekerasan," ucap Paus.
(ama/stu)