Sanaa, CNN Indonesia -- Presiden Yaman siap memenuhi tuntutan para pemberontak Houthi untuk mengubah Undang-Undang Dasar dan pembagian kekuasaan setelah pengawal penjaga rumahnya dikalahkan para pemberontak.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu (21/1) malam, Hadi mengatakan kelompok Muslim Syiah ini memiliki hak untuk menduduki jabatan di seluruh badan pemerintah, dan rancangan UUD yang menjadi sumber pertikaian anata pemerintah dan Houthi kini bisa diamandemen.
Presiden Hadi mengatakan Houthi sepakat menarik para pejuangnya dari istana, rumah pribadi dan kediaman resmi perdana menteri dan sebuah pangkalan rudal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemberontak juga berjanji untuk segera membebaskan kepala staf kepresidenan yang ditahan sejak Sabtu (17/1).
“Rancangan UUD dasar akan diubah, dikurangi, diringkas dan ditambah,” tulis pernyataan presiden ini.
Pernyataan tertulis ini menegaskan bahwa seluruh pihak bahwa pemerintah, badan pemerintah, sekolah dan universitas harus segera kembali dibuka.
Negara-negara Teluk mengecam aksi yang mereka sebut sebagai kudeta di Yaman, meski kelompok Houthi dan sejumlah sekutu presiden menyangkal bahwa Presiden telah disingkirkan.
Sumber yang dekat dengan Presidenn Abd-Rabbu Mansour Hadi mengatakan presiden telah bertemu dengan seorang pejabat kelompok pemberontak Muslim Syiah itu, dan menyangkal kepala negara dikenai tahanan rumah di kediamannya yang dikepung oleh pejuang Houthi.
Setelah pertikaian di kantor dan rumah presiden pada Selasa (20/1), pemimpin Houthi mengancam akan mengambil ‘langkah’ lebih jauh kecuali Hadi menuruti tuntutan mengubah undang-udang dasar yang akan menambah kekuasaan Houthi.
Kelompok Houti, sekutu Iran, memasuki ibukota empat bulan lalu, dan menjadi kekuatan besar di negara itu.
Untuk saat ini tampaknya kelompok ini memutuskan untuk tidak menggulingkan Presiden Hadi, kemungkinan lebih memilih untuk menyerahkan kekuasaan pada seorang pemimpin yang lemah daripada memikul beban memerintah satu negara.
Protes SelatanKekalahan pasukan pengawal presiden di Istana dalam pertempuran senjata dan artileri dalam beberapa hari terakhir menambah kekacauan di negara yang menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat yang menggempur cabang-cabang al Qaidah yang kuat.
Pada Rabu (21/1) pagi, para pejuang Houthi yang mengendarai mobil lapis baja menggantikan para pengawal istana.
Kantor penjagaan di istana presiden pada awalnya dibiarkan kosong, tetapi beberapa saat kemudian sejumlah tentara diijinkan kembali mengambil posisi mereka.
“Presiden Hadi masih ada di rumahnya. Tidak ada masalah dan dia boleh pergi kapan saja,” ujar Mohammed al-Bukhaiti, anggota politbiro Houti, kepada Reuters.
Perdana Menteri Khalded Bahah meninggalkan rumah resmi yang juga dikepung oleh pejuang Houthi ke “tempat aman setelah terjadi pengepungan selama tiga hari”, kata salah seorang penasihatnya kepada Reuters.
Sumber-sumber militer Yaman mengatakan Houthi juga telah menguasai sekolah angkatan udara yang terletak dekat rumah Hadi, dan pangkalan rudal terbesar di Sanaa tanpa mendapat perlawanan.
Di Yaman Selatan, wilayah asal Presiden Hadi, para pejabat setempat mengecam aksi yang dianggap kudeta terhadap presiden. Mereka menutup bandar udara dan pelabuhan di kota Aden, dan menutup rute darat.
 Pemberontak Houthi mulai memasuki dan secara de fakto berkuasa di Sanaa pada September 2014. (Reuters/Mohamed al-Sayaghi) |
Negara-negara Teluk yang mendukung Hadi dan menentang pengaruh Iran di kawasan, mengecam aksi yang disebut tindakan teroris oleh Houthi dan sekutunya.
Yaman, negara miskin dengan 25 juta pendudukan, selama bertahun-tahun diganggu dengan pemberontakan Islamis, konflik separatis, bentrokan sektarian dan krisis ekonomi.
Pemberontakan rakyat “Arab Spring” pada 2011 berhasil menyingkirkan Presiden Ali Abdullah Saleh, sehingga situasi negara itu semakin kacau.
Pembagian KekuasaanKelompok Houthi, pemberontak dari wilayah utara yang terdiri dari umat Syiah minoritas yang memerintah kerajaan Yaman hingga 1962, menyerbu ke ibukota pada September tetapi hingga minggu lalu menahan diri untuk menantang langsung pemerintahan Hadi.
Mereka menuduh presiden berupaya mengingkari kesepakatan pembagian kekuasaan yang ditandatangani setelah mereka merebut Sanaa pada September, dan menegaskan bahwa kelompok itu berusaha melindungi badan-badan pemerintah dari pegawai negeri yang korup yang mencoba menggelapkan harta milik negara.
Para pejuang Houthi terlibat pertempuran di kediaman Presiden Hadi, dan masuk ke istana presiden pada Selasa.
Ketika berpidato di televisi setelah aksi itu, pemimpin Houthi Abdel-Malek al-Houthi memperingatkan Hadi bahwa dia harus menerapkan perjanjian pembagian kekuasaan.
Kesepakatan ini memberi kelompok ini peran di badan-badan militer dan sipil Yaman.
Houthi juga menuntut perubahan dalam pembagian kekuasaan daerah yang tercantum dalam UUD.
Pidato Abdel-Malek ini tidak menghilangkan keraguan bahwa kelompok itu sekarang mengendalikan negara tersebut.
Koran Al Masdar menyebutnya sebagai “presiden dari presiden”.
Kebangkitan Houthi sebagai kekuatan terbesar de fakto di Yaman pada September menimbulkan ketakutan bahwa negara yang berbatasan dengan Arab Saudi ini akan semakin tidak stabil.
Langkah Houthi minggu ini tempaknya akan memperdalam upaya perebutan pengaruh antara Arab Saudi dan Iran, dan bisa memperumit upaya melawan terorisme di wilayah.
Riyadh, yang marah dengan pengambil alihan Sanaa pada September dan curiga dengan peran Iran, menghentikan sebagian besar bantuan keuangan untuk Yaman.
(yns)