Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS untuk memerangi ISIS di Irak dan Suriah telah membantu menghentikan ancaman langsung dari kelompok itu.
Karenanya, menurut pejabat militer AS pada Selasa (3/2), sekarang adalah waktu yang tepat bagi Irak yang didominasi oleh Syiah untuk melakukan rekonsiliasi dengan kaum Sunni di negara itu.
“Terus terang, kita perlu melihat politik Irak membahas fakta bahwa sekitar 20 juta Sunni kehilangan haknya dengan pemerintah sekarang,” kata Letnan Jenderal William Mayville pada sidang soal ancaman global yang dihadapi Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mayville, direktur operasi Staf Gabungan Pentagon, mengatakan kepada anggota parlemen ia mendukung usaha untuk mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah karena memberi waktu pemerintah Irak untuk bertindak secara politik, langkah yang katanya diperlukan untuk menyelesaikan krisis di negara itu.
"Saya pikir itu sangat, sangat penting bahwa langkah operasi sedemikian rupa sehingga, upaya militer tidak berada di depan garis politik dalam usaha mencapai solusi akhir,” katanya kepada sebuah panel anggota dewan.
Mark Chandler, bertindak direktur intelijen untuk Staf Gabungan, menyetujui itu, mengatakan “salah satu hal yang benar-benar menarik perhatian saya ke depan adalah jika kekuatan Syiah percaya bahwa mereka dapat mengontrol ISIL (ISIS) tanpa rekonsiliasi dengan Sunni.”
Korps Marinir Letnan Jenderal Vincent Stewart, direktur Badan Intelijen Pertahanan, mengatakan kepada panel ia prihatin melihat penyebaran ISIS di luar Suriah dan Irak.
“Dengan afiliasi di Aljazair, Mesir, Libya, kelompok ini mulai merakit jejak internasional yang terus berkembang,” katanya.
Namun Stewart juga mengatakn bahwa AS menghadapi ancaman serius dari yag lain.
“Lingkungan keamanan global adalah yang paling menantang dari hidup kita,” kata Stewart. “Kegiatan militer Rusia, misalnya, berada di tingkat tinggi dalam sejarah.”
Stewart mengatakan kegiatan Tiongkok juga menimbulkan kekhawatiran , mencatat Beijing tampaknya merancang kekuatan untuk menantang kehadiran militer AS di wilayah tersebut.
“Saya pikir kedua pelatihan Tiongkok dan beberapa kemampuan senjata mereka merupakan ancaman signifikan terhadap pasukan kita,” katanya.
(stu)