Taipei, CNN Indonesia -- Pilot TransAsia Airways GE235, yang jatuh di Taipei, Taiwan, diduga bergulat dengan kerusakan kedua mesin pesawat sebelum mengeluarkan peringatan 'mayday' kepada menara pengawas lalu lintas udara, dan akhirnya jatuh terperosok ke Sungai Keelung pada Rabu (4/2) lalu.
Dilaporkan
CNN, Dewan Keselamatan Penerbangan Taiwan menyatakan bahwa rekaman pesawat menunjukkan pilot pesawat nahas tersebut mengirimkan peringatan bahwa pesawat akan mengalami
stall, atau biasa disebut dengan
stall warning, di kokpit sebanyak lima kali, dimulai dari sekitar 37 detik setelah lepas landas.
Hasil rekaman penerbangan ini menguatkan dugaan bahwa kecelakaan terjadi akibat kerusakan pada mesin pesawat. Sebelumnya, situs liveatc.net mengunggah rekaman pembicaraan menara kendali lalu lintas udara yang berisi komunikasi terakhir dari salah satu pemegang kendali pesawat berupa “Mayday Mayday engine flameout”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Flameout terjadi ketika aliran bahan bakar ke mesin terganggu atau ketika ada kerusakan sistem pembakaran sehingga mesin mati. Meskipun demikian, pesawat bermesin ganda yang jatuh ini biasanya bisa terbang meski satu mesinnnya mati.
Sementara, Reuters melaporkan bahwa pilot pesawat ditemukan masih memegang tongkat kemudi atau
joystick saat tubuhnya ditemukan. Pilot bernama Liao Cheing-tsung dan co-pilotnya dianggap pahlawan karena mencegah pesawat menabrak gedung dan menjatuhkannya di Sungai Keelung.
Pesawat TransAsia berjenis turboprop ATR 72-600 lepas landas dari bandara Songshan di Taipei menuju pulau Kinmen dengan membawa 58 penumpang, sebanyak 31 di antaranya adalah wisatawan asal Tiongkok.
Beberapa saat setelah lepas landas, pesawat terlihat terbang berputar-putar di atas jalan tol, kemudian oleh dan menghantam Sungai Keelung yang berada tepat di samping jalan tol. Dari rekaman video terlihat salah satu sayap pesawat menghantam sebuah taksi yang tengah melaju di jalan tol dan menabrak pembatas jalan tol.
Badan penerbangan Taiwan memerintahkan maskapai TransAsia dan Uni Air, perusahaan cabang EVA Airways, melakukan pemeriksaan mesin dan sistem bahan bakar di 22 pesawat ATR yang masih beroperasi.
Pihak berwenang mengatakan bahwa sejauh ini, 35 orang telah dikonfirmasi tewas--bertambah dari yang sebelumnya 31 orang--15 selamat dan 8 lainnya dinyatakan masih hilang.
(ama/stu)