Taipei, CNN Indonesia -- Perusahaan maskapai TransAsia menawarkan kompensasi sebesar US$473 ribu atau setara Rp5,9 miliar bagi keluarga penumpang penerbangan GE235 yang mengalami kecelakaan di Sungai Keelung, Taipei, pada 4 Februari lalu. Tawaran tersebut disodorkan oleh TransAsia pada Rabu (11/2).
Dilansir Channel NewsAsia, Rabu (11/2), tawaran ini sudah termasuk dana bantuan darurat sebesar US$6.300 dan tunjangan kematian senilai US$38 ribu yang telah disiapkan oleh pihak maskapai.
Total kompensasi ini sama dengan jumlah yang disediakan TransAsia bagi korban kecelakaan penerbangan 222 di Pulau Penghu pada 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tawaran ini datang tak lama setelah diluncurkannya hasil tes kelayakan pilot TransAsia penerbang jet propeler ATR oleh Badan Penerbangan Sipil (CAA). Tes dilakukan atas permintaan CAA setelah kecelakaan GE235 yang menewaskan setidaknya 40 orang ini terjadi.
Dari 72 penumpang, 15 penumpang berhasil selamat, sementara tiga orang lainnya masih dinyatakan hilang, akibat insiden tersebut.Sebanyak 71 pilot mengikuti program tes ulang ini pada Sabtu (7/2). Dalam tes, kemampuan pilot untuk menghadapi kerusakan mesin dan situasi darurat lainnya diuji kembali. Sepuluh pilot dinyatakan tidak lulus tes, namun akan diberi kesempatan untuk mengikuti tes sekali lagi di bulan depan.
Data dari rekaman penerbangan memberikan indikasi bahwa pesawat itu kehilangan tenaga dari salah satu mesin sesaat setelah lepas landas dari Bandar Udara Songshan, Taipei. Pilot pesawat lantas mematikan mesin dan berusaha menyalakannya lagi sebelum pesawat jatuh.
Pakar penerbangan menilai tindakan tersebut salah.
"Pasti ada sesuatu yang salah dengan apa yang dilakukan oleh kru. Mematikan satu mesin pesawat setelah lepas landas adalah keputusan besar. Itu harus dicek ulang oleh kru," ujar salah satu petugas CAA yang enggan disebut identitasnya seperti dikutip Channel NewsAsia.
Hingga berita ini diturunkan, tim penyelamat sudah menemukan 40 jasad korban, sementara 18 lainnya masih hilang. Lima belas orang dinyatakan selamat.
Sementara itu, upacara pemakaman publik bagi para korban dihelat di Taipei pada Selasa (10/2). Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, dan beberapa pejabat lain turut hadir dalam pemakaman tersebut.
Pesawat TransAsia bertipe ATR 72-600 tujuan Taipei-Pulau Kinmen jatuh di sungai Keelung pada Rabu (4/2) lalu.
Pilot pesawat sempat mengirim peringatan bahwa pesawat akan mengalami
stall, atau biasa disebut dengan
stall warning, di kokpit sebanyak lima kali, dimulai dari sekitar 37 detik setelah lepas landas. Pilot kemudian sebelum menyerukan, "Mayday, mayday, engine flameout".
Flameout terjadi ketika aliran bahan bakar ke mesin terganggu atau ketika ada kerusakan sistem pembakaran sehingga mesin mati. Meskipun demikian, pesawat bermesin ganda yang jatuh ini biasanya bisa terbang meski satu mesinnnya mati.
Namun, terdapat dugaan pilot mematikan mesin yang berfungsi, dan justru menyalakan mesin yang rusak.
Para pakar masih menyelidiki dugaan tersebut. Jika benar, kesalahan tersebut menyebabkan pesawat mengalami stall, tak beberapa lama setelah lepas landas.
Pilot diduga mencari lahan landasan agar dapat mendaratkan badan pesawat, namun nahas, pesawat menghantam sungai Keelung di sebelah sebuah jalan tol.
Hasil lengkap investigasi kecelakaan pesawat nahas tersebut akan dirilis dalam 30 hari mendatang. Kesimpulan kecelakaan diperkirakan dapat diketahui pada tiga hingga enam bulan mendatang.
(ama/stu)