Penjara Teroris Arab Saudi Bak Hotel Mewah

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mar 2015 18:06 WIB
Di tengah terpaan kritik kelompok pemerhati HAM soal penegakan hukum di Arab Saudi, negara ini ternyata menerapkan fasilitas mewah bagi terpidana teroris.
Terdapat sekitar 3.500 napi yang ditahan dalam lima penjara dengan keamanan tinggi di Arab Saudi karena karena kejahatan terorisme.(Getty Images/Thinkstockphotos)
Riyadh, CNN Indonesia -- Di tengah terpaan kritik kelompok pemerhati HAM soal penegakan hukum di Arab Saudi, mungkin tak banyak yang menyangka bahwa penjara di negara tersebut dilengkapi dengan fasilitas mewah, tak ubahnya hotel bintang lima.

Dilaporkan The Washington Post pada Senin (2/3), penjara Al-Hair yang terletak di sebelah selatan ibu kota Riyadh, tak hanya berisi sel tahanan dengan sekat-sekat besi, namun juga sebuah fasilitas kunjungan keluarga yang mewah.

Dalam fasilitas keluarga di penjara tersebut, besi yang menjadi sekat penjara dicat dengan warna lavender yang ceria, karpet merah yang membentang sepanjang lorong, mesin ATM, dan 38 sel tahanan pribadi yang memiliki tempat tidur berukuran besar, lemari es, televisi, dan kamar mandi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arab Saudi menyatakan bahwa di dalam penjara Al-Hair, napi yang telah menikah diperbolehkan untuk menghabiskan waktu pribadi dengan kisaran 3 hingga 5 jam bersama istri mereka setidaknya sebulan sekali dalam sel tahanan pribadi yang kasurnya beralaskan kain linen, disediakan teh dan permen di meja.

Dalam penjara dengan tingkat keamanan tinggi ini, terdapat sekitar 1.100 napi yang ditahan atas tuduhan terorisme. Al-Hair merupakan penjara terbesar dari lima penjara dengan keamanan tingkat tinggi yang didirikan pemerintah Saudi dalam satu dekade terakhir, untuk membendung gelombang terorisme, dari Al-Qaidah hingga ISIS.

Sebagian besar dari 3.500 napi yang ditahan dalam lima penjara dengan keamanan tinggi adalah mereka yang dihukum karena kejahatan terorisme.

Penjara Saudi selama ini merupakan tempat yang tertutup bagi wartawan dan aktivis HAM. Namun, belakangan Menteri Dalam Negeri yang merupakan wakil putra mahkota Kerajaan Saudi, Mohammed bin Nayef, memerintahkan bahwa wartawan diizinkan untuk mengunjungi penjara.

"Kami tidak perlu menyembunyikan apapun. Di setiap bagian dalam penjara, di semua sel, terbuka bagi media," kata Kepala Sipir Penjara Al-Hair, Mohammed al-Ahmed, dikutip dari The Washington Post, Senin (2/3).

Selain terdapat fasilitas kunjungan keluarga yang terbilang mewah, penjara Al-Hair juga memiliki rumah sakit, sel kurungan dari baja, ruang kelas dan tempat rekreasi.

Menurut Ahmed, pemerintah Suadi lebih suka memberikan fasilitas yang mewah kepada para napi terdakwa teroris daripada menerapkan siksaan seperti yang kabarnya diterapkan di Penjara Guantanamo.

Lebih dari itu, pemerintah Saudi bahkan memberikan uang kesejahteraan bagi keluarga masing-masing napi, berupa uang untuk makan, tempat tinggal dan biaya sekolah.

Untuk keluarga napi yang tinggal jauh dari Riyadh, atau bahkan di luar negeri, pemerintah Saudi memberikan uang untuk biaya tiket pesawat dan hotel ketika berkunjung ke Al-Hair.

"Hanya karena seseorang menjadi pelaku kriminal, kita tidak perlu menghukum keluarganya juga," kata Ahmed.

Ahmed menjelaskan, kecuali mereka yang ditahan karena pembunuhan, para napi diperbolehkan menghadiri pemakaman dan pernikahan anggota keluarga dekat, dengan dikawal oleh penjaga. Pemerintah Saudi bahkan memberikan hadiah pernikahan sebesar US$2.600 atau sekitar Rp33 juta sebagai hadiah pernikahan.

Hotel dalam penjara

Meskipun sudah mewah seperti hotel, Penjara Al-Hair pun memiliki sebuah fasilitas mewah lainnya yang disebut Family Home, untuk menghargai tahanan yang berperilaku yang baik.

Family Home memiliki 18 kamar suite besar, yang bisa menampung hingga sembilan anggota keluarga dan dipenuhi dengan bunga segar, prasmanan yang lengkap dan taman bermain untuk anak-anak.

Para pejabat setempat menyatakan bahwa pemerintah Saudi menghabiskan sekitar US$35 juta, atau sekitar Rp435 miliar per tahun untuk fasilitas mewah seperti itu.

"Strategi kami adalah untuk mengurus para napi untuk membuat mereka menjadi masyarakat yang lebih baik. Inilah yang diperintahkan oleh Islam," kata Ahmed.

"Mengurus keluarga napi merupakan bagian dari strategi yang tengah diterapkan pemerintah Saudi untuk merehabilitasi anggota kelompok radikal," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Jenderal Mansour al-Turki. 

Selain dimanjakan dengan fasilitas mewah, para terdakwa teroris juga diberikan siraman rohani dan pendudukan agama, untuk mengubah idealisme radikal yang mereka anut.

Foto para aktivis Arab Saudi, termasuk blogger ateis, Raif Badawi, terpampang dalam salah satu aksi protes penegakkan HAM oleh para aktivis Meksiko. (Reuters/Edgard Garrido)
Setelah menjalani masa hukuman, para terdakwa teroris tersebut tak lantas bebas. Mereka akan dipindahkan ke salah satu dari dua pusat rehabilitasi besar, di Riyadh dan Jeddah, untuk belajar agama lebih lanjut.

"Jika Anda salah memperlakukan mereka selama berada di dalam penjara, mereka akan keluar dari penjara dan menjadi lebih radikal," kata Al-Turki.

Al-Turki juga menyatakan bahwa pemerintah bekerja sama dengan para keluarga untuk memastikan napi yang telah bebas "jatuh ke tangan para teroris". 

Meskipun demikian, Al-Turki mengakui bahwa sekitar 20 persen dari mantan napi yang telah melalui program rehabilitasi, kembali melakukan kegiatan terorisme. Para aktivis HAM menilai, jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar.

Para pakar menilai bahwa dengan cara ini, pemerintah Saudi telah mendukung radikalisme dengan simpati dan barang-barang mewah.

Terkait hal ini, para pejabat Saudi menyatakan bahwa tidak ada negara, kecuali Suriah dan Irak, yang terancam langsung oleh kehadiran ISIS.

Pejabat Saudi menyatakan "pendekatan mereka untuk teroris lebih pragmatis dan efektif daripada hanya menahan ribuan teroris di penjara selama puluhan tahun dan berharap bahwa keluarga dan teman mereka tidak akan menjadi radikal.

Bagimana dengan hukuman cambuk?

Di balik pendekatan Saudi yang "ramah" terhadap terpidana teroris, negara ini punya catatan HAM yang buruk.

Penjara dengan segala kemewahannya sangat bertolak belakang dengan hukuman cambuk, yang salah satunya dijatuhkan terhadap aktivis dan blogger liberal, Raif Badawi.

Selain itu, menurut Departemen Luar Negeri AS dan sejumlah kelompok hak asasi manusia, Saudi menahan pada narapidana dengan tuduhan yang sewenang-wenang dan penyiksaan.

Pada 2013 lalu, Saudi mengeksekusi 79 napi dengan memenggal kepala mereka. Dengan hukum Syariah Islam yang dianut Saudi, negara ini juga masih menerapkan hukuman amputasi bagi pencuri dan rajam bagi penzina.

Badawi, yang dipenjara karena tulisannya di blog miliknya dinilai menghina Islam, dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 1.000 kali, yang diterapkan dengan cara dicicil, 50 cambukan setiap hari Jumat di lapangan terbuka.

Human Rights Watch dan organisasi HAM lainnya juga menuduh pemerintah Saudi menggunakan undang-undang anti-terorisme untuk menahan ratusan orang yang mengkritik pemerintah dan diperlakukan dengan tidak adil.

Washington Post mencatat bahwa pemerintah Saudi mengoperasikan sekitar 20 penjara regional dan sekitar 90 penjara lokal berukuran kecil. Total narapidana di negari kaya minyak ini mencapai 50 ribu tahanan, dengan hampir setengah dari mereka adalah orang asing.

(sumber: Washington Post) (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER