Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar terkurungnya puluhan anak buah kapal asal Indonesia di sebuah kapal penangkap ikan di perairan Angola, Afrika Selatan telah diterima oleh KBRI di Namibia yang bertetangga dengan Angola. Saat ini, dua pejabat KBRI Namibia tengah dalam perjalanan menuju Angola untuk menindaklanjuti masalah tersebut.
"Dua pejabat kami bertolak ke Angola saat ini. Ada sejumlah pertemuan di sana. Dari percakapan telepon yang saya terima, memang mereka akan mengunjungi kapal tersebut," kata Pramudya Sulaksono, pejabat konsuler bidang ekonomi dan sosial budaya KBRI Namibia, ketika dihubungi CNN Indonesia, Senin (30/3). (Baca juga:
Puluhan ABK Indonesia Terkurung di Perairan Angola)
Menurut Pramudya, pejabat KBRI tersebut dikabarkan akan mendatangi kapal tersebut di perairan Angola. Meskipun demikian, perjalan ke Angola tersebut sebenarnya merupakan pertemuan rutin. Pasalnya, KBRI Namibia juga bertugas sebagai perwakilan Indonesia di kedua negara tersebut.
"Sorenya ada pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Angola. Ada beberapa misi lain yang kami bawa, termasuk bantuan konsuler untuk mahasiswa Indonesia di Angola," kata Pramudya melanjutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Pramudya, kabar yang diterima KBRI Namibia adalah sebanyak 10 ABK WNI terkurung di sebuah kapal penangkap ikan di perairan Angola, pada Minggu (29/3). Namun, dua ABK sudah dipulangkan, sehingga tinggal delapan orang.
Namun, pada Senin (30/3), Pramudya mendapatkan kabar bahwa saat ini terdapat jumlah WNI ABK yang terkurung bertambah hingga puluhan orang.
Pramudya memaparkan bahwa penyekapan tersebut berkaitan dengan masalah kontrak kerja mereka yang sudah selesai.
"Kontrak kerja mereka sudah selesai dan kini mereka terkatung-katung," kata Pramudya menjelaskan.
Sementara kabar yang diterima dari Juru Bicara Forum Solidaritas Pekerja Indonesia di Luar Negeri (FSPILN), Imam Syafii, para anak buah kapal ini merupakan ABK untuk sebuah kapal penangkap ikan jenis Trawl asal Taiwan berbendera Angola dan Korea.
“Kemarin berkabar, kami dapat data mereka ini berada satu mil dari daratan Angola,” kata Imam kepada CNN Indonesia, Senin (30/3).
Imam menyatakan sebanyak 26 ABK saat ini terapung tanpa kejelasan setelah menyelesaikan kontrak kerja mereka selama dua tahun. Mereka diberangkatkan melalui PT Kimco Citra Mandiri, PT. Marindo, PT. Panca Karsa dan PT. Indah Mekar Sari (IMS) pada tahun 2012 dan 2013 silam.
Imam lantas mengatakan berdasarkan laporan dari para ABK yang bisa menghubungi dirinya diketahui bahwa kapal tempat menyekap para ABK adalah kapal bekas yang bernama MV. Luanda 3.
Menanggapi laporan itu, Imam lantas melaporkan permasalahan ini ke Kementerian Ketenagakerjaan, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia Bantuan Hukum Indonesia (PWNI BHI) Kementrian Luar Negeri.
(ama)