Kathmandu, CNN Indonesia -- Melewati malam ketiga setelah gempa 7,9 SR menguncang pada Sabtu (25/4), warga Nepal mulai frustrasi karena menganggap respons pemerintah yang lambat mengatasi krisis.
Bantuan internasional akhirnya mulai tiba sejak Senin (27/4) di negara Himalaya dengan populasi 28 juta orang itu.
Sementara korban tewas terus meningkat, laporan terakhir pada Selasa (28/4) menyebut jumlah korban tewas tembus ke angka 4.000 orang. Korban luka bertambah menjadi lebih dari 6.500 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Gunung Everest, sedikitnya 17 orang, termasuk warga asing, tewas akibat longsoran salju yang dipicu gempa.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa ribuan warga berusaha meninggalkan Kathmandu baik lewat darat maupun mengantri di bandara udara yang masih tutup, karena takut akan kekurangan makanan dan air bersih. Banyak dari mereka bermalam di udara terbuka, entah karena trauma akan banyaknya gempa susulan atau karena rumah mereka rata dengan tanah.
Di Kathmandu, seperti di tempat lain, ribuan orang tidur di trotoar, jalan dan di taman-taman, atau di tenda-tenda darurat.
Kepala Pasukan Respon Bencana Nasional dari India (NDRF), salah satu organisasi asing pertama yang tiba di Nepal untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan, mengatakan menemukan korban dan mayat orang mati akan memakan waktu.
NDRF Direktur Jenderal OP Singh mengatakan alat berat tidak bisa masuk ke banyak jalan-jalan sempit di ibu kota Kathmandu.
"Anda harus memindahkan semua puing-puing ini, sehingga akan memakan banyak waktu .... Saya pikir itu akan butuh bermingu-minggu,” katanya kepada saluran televisi India NDTV pada Senin.
Dengan bantuan lambat untuk mencapai korban, warga Nepal mulai mengkritik pemerintah,
"Pemerintah tidak melakukan apa-apa bagi kami," kata Anil Giri, bersama dengan sekitar 20 relawan, sedang mencari dua orang rekan mereka yang diduga terkubur di bawah reruntuhan. "Kami membersihkan puing-puing dengan tangan kosong kami."
Pejabat Nepal mengakui mereka kewalahan akan besarnya skala bencana.
"Tantangan besar adalah bantuan," kata Kepala Sekretaris Leela Mani Paudel, pejabat tinggi Nepal. "Kami mendesak negara-negara asing untuk memberikan bantuan khusus dan tim medis. Kami benar-benar putus asa dan mengharapkan lebuh banyak ahli (dari negara) asing untuk melalui krisis ini."
Situasi dilaporkan lebih buruk di wilayah terpencil di luar Kathmandu. Jalan utama tertutup longsor, akses lain terbatas dan warga hanya bertahan dengan makanan yang bisa mereka temukan tanpa bantuan dari luar.
(stu)