Puluhan Polisi Thailand Dijatuhi Hukuman

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2015 19:05 WIB
Kepolisian Thailand menjatuhkan sanksi ke lebih dari 50 anggotanya yang diduga terlibat dalam jaringan perdagangan manusia setelah penemuan kamp penyelundup.
Perdana Menteri Thailand memerintahkan penghancuran kamp-kamp penyelundup manusia di seluruh Thailand dalam 10 hari. (Reuters/Chaiwat Subprasom)
Bangkok, CNN Indonesia -- Lebih dari 50 polisi Thailand dihukum karena diduga terlibat dalam jaringan perdagangan manusia, setelah perdana menteri negara itu memerintahkan penyelidikan terhadap penemuan kamp penyelundup manusia di dekat perbatasan dengan Malaysia.

“Kami telah memindahkan lebih dari 50 polisi terkait masalah itu karena para komandan di daerah tahu siapa yang terlibat,” keta Jenderal Somyot Poopanmuang, kepala polisi Thailand, kepada wartawan di Bangkok, Kamis (7/5).

“Dulu tidak ada kemauan untuk memecahkan masalah ini. Langkah ini baru diambil belakangan ini saja.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 33 jenazah yang diyakini pendatang dari Myanmar dan Bangladesh, ditemukan di kuburan massal di provinsi Songkhla, Thailand Selatan. Sebagian dari jenazah itu ditemukan di satu tempat tersembunyi di dalam hutan yang diduga kamp penyelundup manusia.

Sejumlah pejabat Thailand mengatakan perdagangan manusia dibiarkan merajalela selama bertahun-tahun karena ketidakacuhan, dan terkadang melibatkan, pihak berwenang negara itu.

Pada Kamis (7/5) tentara Angkatan Darat Thailand menemukan satu lagi kamp yang telah penghuninya sekitar lima kilometer dari kamp yang ditemukan pada Rabu (6/6), tempat enam jenazah ditemukan.

Satu jenazah pria ditemukan sekitar 300 meter dari kamp yang ditemukan Kamis ini.

Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memerintahkan pembersihan kamp-kamp yang diduga tempat operasi penyelundupan manusia di seluruh wilayah negara itu dalam waktu 10 hari, sementara para pejabat PBB menghimbau agar ada langkah di tingkat regional dalam mengakhiri kegiatan tersebut.

Prayuth menegaskan Thailand tidak bisa dipersalahkan dalam krisis ini.

“Masalah ini datang dari luar negeri dan bukan dari kita sendiri. Untuk memecahkannya kita harus mencari sumber permasalahan karena kita hanyalah negara transit,” kata Prayuth.

Ribuan pendatanga gelap, antara lain Muslim Rohingya dari Myanmar barat dan Bangladesh, mengarungi rute laut dan darat yang berbahaya untuk melarikan diri dari penganiayaan karena perbedaan agama dan suku minoritas.

Mereka sering kali diselundupkan melalui Thailand, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, dan ditempatkan di hutan belantara negara itu dimana para penyelundup menuntut uang tebusan agar mereka bisa dibebaskan atau diselundupkan ke Malaysia.

Sunni Phasuk dari Human Rights Watch megnatakan kepada Reuters bahwa operasi ini merupakan “upaya pertama pemerintah Thailand untuk benar-benar mengambil tindakan” dan meminta penyelidikan terhadap personel militer yang dicurigai terlibat dalam perdagangan manusia.

“Kita melihat politisi dan polisi diselidiki dan disebut namanya, tetapi bagaimana dengan personel militer? Bagaimana dengan petugas departemen kehutanan yang sejak lama dituding memberi bantuan pada penyelundup manusia?”

Polisi Thailand telah menangkap empat orang, tiga diantaranya warga negara itu dan satu dari Myanyar, karena dicurigai terlibat dalam perdagangan manusia. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER