Puluhan Ribu Flora dan Fauna Terancam Punah

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2015 08:31 WIB
Jumlah flora dan fauna yang terancam punah meingkat signifikan tahun ini, utamanya karena hilangnya habitat hewan dan tumbuhan karena pembukaan lahan.
Jumlah flora dan fauna yang terancam punah meingkat signifikan tahun ini, utamanya karena hilangnya habitat hewan dan tumbuhan karena pembukaan lahan. (Reuters/Imelda Medina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah riset yang diluncurkan oleh berbagai negara menunjukkan bahwa jumlah flora dan fauna yang terancam punah meningkat pada 2015, dengan berbagai variasi spesies mulai dari singa di Afrika Barat hingga bunga anggrek di Asia.  

Riset bernama Daftar Merah Spesies yang Terancam Punah ini didukung oleh berbagai negara, ilmuwan dan pemerhati lingkungan. Riset ini menunjukkan bahwa pada 2015 ini, daftar spesies yang terancam punah terus meningkat mencapai 22.784 spesies. Angka ini merupakan sepertiga dari jumlah seluruh hewan dan tumbuhan yang diteliti.

Angka tersebut merupakan peningkatan signifikan dari jumlah spesies flora dan fauna yang terancam punah pada tahun lalu, yaitu sebanyak 22.413 spesies.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut daftar yang disusun oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, atau IUCN, hilangnya habitat untuk hewan dan tumbuhan, melalui pembukaan hutan untuk lahan pertanian, kota atau jalan, disinyalir menjadi penyebab utama meningkatnya spesies yang terancam punah.  

Singa Afrika kini termasuk dalam daftar yang "rentan" punah dalam riset ini, terbantu oleh upaya konservasi singa di Afrika bagian selatan.

Namun, singa di Afrika Barat yang terdaftar dalam kategori yang lebih parah, yaitu "kritis terancam punah", karena hilangnya habitat dan penurunan dalam siklus pemangsaan, yang disebabkan oleh perburuan manusia.

"Berkurangnya habitat singa dengan cepat di Afrika Timur, yang sebelumnya menjadi habitat besar untuk singa, terutama karena konflik manusia-singa dan penurunan dalam siklus pemangsaan," bunyi riset tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (23/6).

Selain itu, perdagangan tulang dan bagian tubuh singa lainnya untuk obat-obatan tradisional disinyalir menjadi sebuah ancaman yang membahayakan hewan ini.

Pada 2011, hampir 200 negara sepakat untuk berupaya mencegah kepunahan spesies yang diketahui, yang diprediksi akan terjadi pada 2020. Hingga 2015, belum ada spesies yang dinyatakan punah, meskipun kondisi mereka semakin mengkhawatirkan.

"Keadaan saat tidak sejalan dengan tujuan kita pada 2020 mendatang," kata Craig Hilton-Taylor, kepala satuan Daftar Merah IUCN.

Meski demikian, beberapa upaya konservasi menunjukkan keberhasilan, seperti konservasi lynx Iberia, yang jumlahnya meningkat menjadi 156 spesies dewasa pada 2012. Angka ini meningkat dari 52 spesies pada dekade sebelumnya.

Hilton-Taylor menyatakan beberapa spesies yang bernilai ekonomis kini terancam punah.

Daftar mengatakan bahwa hampir 84 spesies anggrek tropis Asia, bunga hias yang bernilai tinggi, kini dalam keadaan terancam punah, terutama karena perburuan dan hilangnya habitat.

Sembilan dari 17 spesies dari keluarga tanaman teh juga terancam karena mereka digunakan untuk membuat teh dan obat-obatan, atau sebagai tanaman hias dan kayu bakar.

"Hilangnya tanaman ini akan mengurangi keragaman genetik teh," kata Hilton-Taylor. Tanaman ini berpotensi sebagai spesies pengganti untuk spesies yang digunakan dalam produksi teh saat ini, jika kondisi lingkungan berubah di masa depan. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER