Warga Yunani Bersatu Hadapi Krisis

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jul 2015 11:23 WIB
Berada di gerbang kebangkrutan ekonomi ternyata memicu solidaritas dan persatuan rakyat yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Berada di gerbang kebangkrutan ekonomi ternyata memicu solidaritas dan persatuan rakyat yang tak pernah terjadi sebelumnya. (Reuters/Neil Hall)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Dulu, ketika saya masih mahasiswa, saya ingin menjadi relawan yang membantu warga miskin, mengobati orang sakit di suatu negara berkembang di Afrika. Tak pernah terpikirkan saya kini melakukannya di sini," kata Olga Kesidou, seorang warga Yunani, di ruang tunggu Pusat Kesehatan Solidaritas Peristeri di pinggiran kota Athena.

Lima tahun lalu, mungkin sedikit warga Yunani yang memprediksi bahwa negara ini akan mengalami resesi seperti sekarang ini. Mengutip the Guardian, sekitar 1,3 juta orang atau 26 persen dari populasi usia produktif di Yunani kini menjadi pengangguran dan tak punya penghasilan. Pada 2013, terdapat sekitar 5 juta warga usia produktif di Yunani. 

Sebanyak 18 persen populasi Yunani tak bisa memenuhi kebutuhan pangan dan 32 persen berada di bawah garis kemiskinan. Tak hanya itu, besaran gaji pun menurun hingga 38 persen pada 2009, dana pensiun turun 45 persen, dan PDB turun 25 persen. Sebanyak 3,1 juta orang, atau 33 persen dari total populasi, tidak memiliki asuransi kesehatan nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesidou, yang merupakan dokter spesialis THT, kini memberikan layanan kesehatan kepada pasien yang tak mampu membayar dokter. "Kita tidak bisa hanya berdiri dan mengetahui begitu banyak orang tak memiliki akses kesehatan," kata Kesidou.

"Di Yunani, sekarang, jika Anda tak bekerja selama satu tahun, Anda kehilangan jaminan sosial Anda. Banyak sekali orang yang tidak memiliki akses terhadap hal-hal yang dasar. Jika saya hanya diam saja, saya tak mampu melihat diri saya sendiri di depan cermin," kata Kesidou.

Pusat Kesehatan Solidaritas Peristeri adalah salah satu dari 40 pusat kesehatan serupa yang bermunculan di Yunani sejak protes anti-penghematan massal merebak pada 2011. Klinik ini bergantung pada sumbangan obat, karena subsidi medis dari pemerintah dipotong hingga setengahnya.

Klinik ini sendiri merupakan bagian dari gerakan sosial yang lebih besar. Terdapat lebih dari 400 kelompok politik yang digerakkan oleh warga Yunani, seperti pusat makanan, dapur sosial, koperasi, lembaga bantuan hukum dan kelas-kelas terbuka, sejak kesejahteraan Yunani merosot tajam.

"Karena pada ujungnya, politik akan bergantung pada cerita individu: 'Apakah keluarga saya cukup makan? Apakah anak saya punya buku yang dia perlukan? Apakah kami akan tergusur?'," kata Christos Giovanopoulos, anggota kelompok Solidaritas untuk Semua yang menyediakan bantuan logistik dan administratif.

Giovanopoulos menyatakan Solidaritas Yunani memberikan pandangan yang berbeda soal politik dari yang selama ini dipahami.

"Politik dari bawah ke atas, dimulai dari pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ini semacam politik model baru, dan ini benar-benar efektif," ujar Giovanopoulos.

Rasa solidaritas juga ditunjukkan oleh pemerintah yang dipimpin Partai Syriza. Ketika partai ini memenangi pemilu tahun 2012, sebanyak 72 anggota parlemen dari partai ini memilih memberikan 20 persen dari gaji mereka disumbangkan kepada kelompok Solidaritas untuk Semua.

Partai Syriza menyerukan bahwa gerakan semacam ini dapat menjadi contoh dan kerangka perubahan sosial yang ingin diterapkan.

Sementara Theano Fotiou, mantan arsitek yang kini menjadi anggota komite pusat Syriza menyatakan, "Satu-satunya cara nyata untuk keluar dari krisis ini adalah upaya dari kita sendiri. Ini praktek, bukan teori, ideologi sosial baru, paradigma baru, kebalikan dari model pasif, bergantung, konsumtif, individualis." 

Fotiou mengatakan sebagian besar dari tahap pertama dari program pemerintah Syriza adalah memastikan tidak ada keluarga yang hidup tanpa air atau listrik. Pasalnya, selama sembilan bulan pada 2013, sebanyak 240 ribu rumah tangga hidup tanpa listrik karena tak mampu membayar tagihan.
Menghadapi krisis, warga Yunani memulai gerakan solidaritas untuk membantu mereka yang tak punya akses pada kesehatan dan kebutuhan hidup lain. (Getty Images/Milos Bicanski)

Semangat kebersamaan ini terlihat menyebar hingga ke pelosok daerah. Di Egalio, sebelah barat Athena, Flora Toutountzi, pembantu rumah tangga, Antonis Mavronikolas, seorang kurir, dan Theofilos Moustakas, seorang guru sekolah dasar, mengumpulkan sumbangan makanan dari pembeli di luar supermarket. Beras, gula, susu, dan kacang kering disumbangkan ke 50 keluarga setempat dua kali sebulan.

"Ada satu keluarga yang terdiri dari enam orang hidup dari uang pensiun nenek sebesar 400 euro per bulan. Ada juga yang sudah hidup tanpa air selama dua bulan. Kami membantu mereka, dan kini mereka berupaya membantu yang lainnya mengatasi krisis ini," kata Mavronikolas.

Di pusat kota Athena, Tonia Katerini, mantan arsitek yang kini tak lagi bekerja, menjalankan usaha toko kelontong sejak setahun lalu. Kini, ada 300 produk yang mereka jual, dan mereka bisa membayar diri mereka sendiri, sebesar 3 euro per jam.

Produk yang dijual 60 persen lebih murah dari di supermarket, karena langsung dari petani dan peternak setempat, "tanpa orang ketiga." Bahkan ada produk yang merupakan hasil proyek buatan para pengangguran.

"Semua proyek ini, sangat penting bagi saya, tidak hanya membantu orang yang membutuhkan, tapi ini menjadi awal dari jenis masyarakat yang baru, yang produktif, yang menjalankan demokrasi langsung, tanpa hirarki," kata Katerini.

Pada Selasa (30/6), Yunani gagal membayar utang sebesar 1,5 miliar euro kepada Dana Moneter Internasional (IMF), membuat akses Yunani pada pembiayaan IMF saat ini terputus, dan menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman untuk sementara waktu.

Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengumumkan referendum, meminta rakyat Yunani untuk memutuskan nasib mereka sendiri terkait dana talangan dari Eropa. Jika rakyat Yunani memilih "Tidak," maka mereka menolak paket dana talangan dengan segala syarat yang menyertainya.

Sementara, jika rakyat memilih "Ya", ini akan menunjukkan keinginan rakyat Yunani untuk tetap berada di zona euro.

(ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER