HRW: China Tak Beri Paspor Etnis Tibet dan Minoritas Lain

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Senin, 13 Jul 2015 14:29 WIB
Human Rights Watch mengatakan bahwa China melarang orang Tibet dan etnis minoritas lainnya untuk mendapatkan paspor,
(Ilustrasi/Thinsktock/Li Ding)
Jakarta, CNN Indonesia -- Human Rights Watch mengatakan pada Senin (13/7) bahwa China melarang orang Tibet dan etnis minoritas lainnya untuk mendapatkan paspor, di tengah lonjakan wisatawan China yang melancong ke luar negeri.

Pihak otoritas China telah membuat dua sistem terkait pembuatan paspor, sistem yang pertama untuk wilayah yang diisi oleh etnis asli China, Han. Sistem yang kedua adalah untuk wilayah yang berisikan orang Tibet dan kaum minoritas.

"Jika anda adalah kaum dari sebuah agama minoritas dan tinggal di mana kebanyakan orang adalah kaum minoritas, akan tidak mungkin untuk mendapatkan paspor," kata Sophie Richardson, Direktur Human Rights Watch China, dikutip dari AsiaOne.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kebanyakan wilayah China, sebuah paspor bisa dikeluarkan dalam jangka waktu 15 hari. Jika terdapat keterlambatan dan penundaan, otoritas yang bersangkutan harus memberi informasi kepada pemohon paspor.

Namun, di Tibet dan Xinjiang, yang berpenduduk 10 juta kaum Muslim Uighur, otoritas masih menggunakan sistem lama untuk pembuatan paspor yang mengharuskan para pemohon membawa banyak dokumen dan bahkan akan dilakukan pemeriksaan politik.

Kurang dari 10 persen dari prefektur di China masih menggunakan sistem tersebut, terutama untuk wilayah yang dihuni oleh etnis minoritas.

Laporan dari Human Rights Watch menyatakan bahwa hanya dua paspor yang dikeluarkan untuk masyarakat di daerah prefektur Changdu di Tibet. Padahal, wilayah tersebut memiliki penduduk berjumlah 650 ribu orang. Tidak ada angka pasti untuk jumlah masyarakat Tibet secara keseluruhan.

Sebelumnya, ratusan kaum Uighur ditahan pada tahun lalu karena telah memasuki Thailand secara ilegal karena ingin melarikan dari dari penganiayaan agama di China.

Kaum Uighur mengklaim diri mereka sebagai warga Turki. Sejauh ini, 181 orang Uighur telah diterima di Turki, dan 100 lainnya dikirim kembali ke China.

Sementara itu, menurut data pemerintah, wisatawan China, pada tahun lalu, telah melakukan 100 juta perjalanan, meskipun sebagian besar hanya mengunjungi Hong Kong, Macau dan Taiwan.

"Jelas China tidak sedang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan paspor terhadap beberapa orang. Anda akan berpikir bahwa kapasitas tersebut akan merata untuk seluruh kelompok etnis, namun tidak begitu,” kata Richardson. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER