Beijing, CNN Indonesia -- Pemerintah China mengatakan polisi di kota Shenyang menembak mati tiga militan Uighur yang melakukan serangan dengan pisau, sementara satu orang lagi luka-luka ketika hendak ditangkap.
“Ketika polisi mengejar tersangka teroris, empat teroris yang bersenjata pisau melawan ketika hendak ditangkap. Polisi melepas tembakan setelah para teroris itu tidak mengindahkan peringatan,” kata biro keamanan masyarakat Shenyang di situsnya pada Senin (13/7).
Media milik pemerintah Beijing News, mengutip pemerintah propinsi Liaoning yang mengatakan bahwa militan dari Xinjiang itu tewas Senin siang setelah polisi mencoba memasuki rumah sewaan dalam operasi penggerebekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ketika polisi mencoba masuk untuk melakukan penyelidikan, empat teroris yang mengenakan pengikat kepala, memegang pisau dan berteriak ‘jihad’, menyerang polisi,” tulis Beijing News.
Berita ini menambahkan bahwa tiga “anak-anak yang ada di dalam rumah itu” ditangkap bersama dengan seorang perempuan yang berasal dari Hotan, Xinjiang selatan.
Pernyataan pemerintah itu kemudian dicabut dari situsnya tanpa ada penjelasan.
Polisi Shenyang mengatakan tidak ada warga sipil yang luka atau tewas dalam peristiwa itu, namun tidak memberi rincian lebih jauh.
Akan tetapi Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uyghur Dunia, mengatakan sekitar selusin warga Uighur mencoba meninggalkan China ketika mereka ditangkap oleh polisi di Shenyang.
“Tuduhan bahwa mereka tersangka teroris memperlihatkan perilaku China yang keras dan diskriminatif,” ujarnya dalam pernyataan tertulis yang dikirim melalui surat elektronik.
Pemerintah China berulangkali menuduh bahwa serangan-serangan di wilayah Xinjiang, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Uighur, dan wilayah lain dilakukan oleh militan Islamis.
Ratusan orang tewas dalam aksi kekerasan di Xinjiang. Pemerintah China menuduh kerusuhan itu dilakukan oleh militan Islamis dan kelompok separatis yang ingin mendirikan negara sendiri bernama Turkestan Timur bagi warga Uighur.
Ratusan, bahkan ribuan, warga Uighur telah meninggalkan China dalam beberapa tahun terakhir dengan memasuki negara-negara Asia Tenggara secara gelap untuk kemudian berangkat ke Turki.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan sebagian besar dari warga Uighur melarikan diri dari kekerasan di Xinjiang dan pengendalian yang ketat atas agama dan budaya mereka oleh pemerintah China.
Sementara, pemerintah China mengatakan warga Uighur tersebut berupaya pergi ke Irak dan Suriah untuk berperang melawan ISIS.
Pada akhir minggu, Tong Bishan yang membantu upaya pemerintah China memulangkan warga Uighur dari luar negeri, mengatakan kepada wartawan asing bahwa mereka mulai menemukan kelompok-kelompok yang mencoba meninggalkan Xinjian melalui China Timur Laut karena peningkatan keamanan di sepanjang perbatasan dengan Laos dan Vietnam.
Minggu lalu Thailand mendeportasi 109 warga Uighur yang menurut media China berencana berangkat ke Suriah dan Irak untuk berperang bersama ISIS.
(yns)