Jakarta, CNN Indonesia -- Perwakilan khusus PBB membenarkan praktik penjualan tawanan perang sebagai budak oleh ISIS di wilayah yang mereka kuasai di Suriah dan Irak. Para pria dan wanita yang dijadikan budak ini dibanderol dengan harga sesuai dengan usianya.
Laporan ini pertama kali muncul dalam sebuah pamflet daftar harga budak November tahun lalu. Namun PBB masih enggan mengonfirmasinya karena sulit memastikan dokumen itu asli atau palsu.
Namun Zainab Bangura, utusan khusus PBB untuk kekerasan seksual di daerah konflik akhirnya membenarkannya setelah melakukan penelitian selama beberapa waktu dari Yordania dan Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara yang dirilis Bloomberg, Selasa (4/8), Bangura mengatakan bahwa wanita-wanita itu "dijajakan seperti gentong bensin".
"Satu wanita bisa dijual dan dibeli oleh lima atau enam pria yang berbeda. Terkadang wanita-wanita ini ditawarkan kembali ke keluarga mereka dengan tebusan ribuan dollar," kata wanita Muslim mantan menteri luar negeri Sierra Leone ini.
Semakin muda wanita tersebut, maka semakin mahal harganya. Semua harganya tertera dalam dinar, namun juga tertera kurs dollar Amerika di pamflet tersebut.
Untuk anak usia 1 hingga 9 tahun dihargai sekitar US$165 (Rp2,2 juta), gadis remaja sekitar US$124 (Rp1,6 juta) dan harga yang lebih murah ditawarkan untuk wanita di atas 20 tahun. Wanita di atas 40 tahun dalam pamflet itu dihargai US$41 (Rp554 ribu).
Penawaran dilakukan bergantian. Pertama oleh para pemimpin militer, lalu orang-orang kaya dari sektiar kawasan. Sisanya kemudian ditawarkan pada para militan.
ISIS yang memiliki interpretasi ekstreme dan radikal terhadap hukum Islam telah menguasai 80 ribu mil persegi wilayah Irak dan Suriah. Mereka mulai merambah berbagai sektor, dari sosial hingga keuangan.
Bangura mengatakan, ISIS berbeda dengan militan lainnya sehingga tidak bisa diatasi dengan model yang sama seperti memerangi kelompok teroris lainnya.
"ISIS bukan kelompok pemberontak biasa. Ketika kau mengabaikannya, lalu menggunakan cara yang biasa kau gunakan. Ini berbeda. Mereka memiliki kombinasi militer konvensional dan organisasi negara yang dijalankan dengan baik," kata Bangura.
(yns/yns)