Jakarta, CNN Indonesia -- Dua orang menjadi korban penembakan selama bentrokan terjadi antara polisi anti huru-hara dan pengunjuk rasa pada Ahad (9/8) malam di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat. Bentrokan ini hanya terjadi sehari setelah aksi damai memperingati penembakan terhadap remaja berkulit hitam oleh polisi berkulit putih di wilayah ini tahun lalu.
Beberapa suara tambakan terdengar ketika polisi mencoba menertibkan pengunjuk rasa yang menghalangi lalu lintas dan menghancurkan jendela toko di sepanjang jalan yang merupakan tempat terjadinya kerusuhan tahun lalu di St. Louis, menyusul insiden pembunuhan remaja kulit hitam berusia 18 tahun, Michael Brown, yang memicu isu rasisme.
Hingga berita ini ditulis, asal tembakan serta kondisi kedua korban yang tertembak masih belum diketahui. Salah seorang korban, seorang pria berkulit hitam, terlihat terluka parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan insiden tewasnya Brown dimulai dengan pawai damai di pinggiran St. Louis, setelah aksi mengheningkan cipta untuk remaja yang tewas pada 9 Agustus 2014 lalu. Kematian Brown memicu demonstrasi dan perdebatan nasional tentang ras serta keadilan di AS.
Namun, tak lama berselang, situasi berubah drastis ketika para pengunjuk rasa menghalangi lalu lintas dan menghancurkan jendela toko di sepanjang jalan raya West Florissant.
Ketika kondisi mulai memanas, sejumlah polisi dengan pelindung tubuh dan tongkat mulai memenuhi tempat kejadian. Para pengunjuk rasa sempat mundur, sebelum kembali melakukan unjuk rasa terhadap para petugas kepolisian yang meminta mereka untuk bubar.
 Situasi berubah drastis ketika para pengunjuk rasa menghalangi lalu lintas dan menghancurkan jendela toko di sepanjang jalan raya West Florissant. (Reuters/Rick Wilking) |
Para pengujuk rasa, kemudian bahu membahu untuk merapat lebih dekat ke penjagaan polisi, dan mulai melempari botol, sembati berteriak "kami siap untuk perang!".
Baik polisi maupun pengunjuk rasa mempertahankan posisi masing-masing. Polisi tidak melakukan penangkapan, sementara sejumlah pemuka agama dan aktivis yang berada di sekitar kerumunan meminta kedua belah pihak untuk tenang.
Setelah adanya tembakan peringatan, para polisi mulai berjongkok di belakang mobil patroli mereka, sementara pengunjuk rasa bergegas mencari perlindungan.
Suara helikopter mulai terdengar dan polisi bersenjata mulai berdatangan menyerbu wilayah tersebut. Beberapa polisi mengendarai kendaraan lapis baja dan melepaskan tembakan peringatan.
Sebuah jasad tergeletak di jalan dan seorang wanita berteriak karena saudaranya telah tertembak. Sementara itu, sejumlah jendela toko pecah. Beberapa polisi terlihat berdiri di atas kendaraan mereka untuk memantau situasi.
Setelah insiden tersebut, beberapa pemilik toko, berjaga-jaga di depan toko mereka dengan memegang senjata.
"Kepolisian St. Louis terlibat dalam penembakan setelah adanya serangan senjata," kata juru bicara polisi daerah, Shawn McGuire dalam sebuah pernyataan. Ia mengatakan, sedikitnya dua mobil polisi terkena tembakan.
Menurut Kepala Kepolisian St. Louis, Jon Belmar, terdapat seorang pria terluka parah akibat terlibat baku tembak dengan petugas keamanan. Pria tersebut dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi yang tidak stabil dan kini sedang menjalani operasi.
Belamar menambahkan salah seorang petugas jugadirawat karena mengalami luka di wajahnya akibat terkena lemparan batu.
Diawali dengan merpati, diakhiri tembakanKerusuhan yang terjadi Ahad malam sangat berbeda dengan peringatan damai di Ferguson yang berlangsung damai dan tenang. Aksi tersebut ditandai dengan pelepasan sejumlah burung merpati putih, setelah massa mengheningkan cipta selama empat setengah menit.
Mengheningkan cipta selama empat menit merupakan representasi dari fakta bahwa tubuh Brown yang terdampar di tengah jalan selama empat setengah jam setelah tertembak.
Massa yang berjumlah sekitar 1.000 orang kemudian memulai pawai di Ferguson untuk menghormati Brown dan korban kulit hitam lain yang tewas dalam konfrontasi dengan polisi.
Korban yang teranyar adalah Kristen Taylor, seorang mahasiswa kulit hitam berumur 19 tahun yang tewas ditembak oleh seorang polisi berkulit putih pada Jumat (7/8). Taylor diduga terkait dengan kasus pencurian di sebuah dealer mobil di Arlington, Texas.
Kematian Brown, serta keputusan jaksa untuk membebaskan polisi kulit putih yang menembaknya, Darren Wilson, dari segala tuntutan pidana memicu sejumlah unjuk rasa di Ferguson tahun lalu. Kekacauan dan pembakaran terjadi setelah insiden tersebut, menimbulkan simpati di seluruh negeri.
Wilson dibebaskan dari segala tuduhan ketika dinyatakan bertindak sesuai hukum. Meski demikian, kasus terbunuhnya Brown memicu pengawasan yang lebih ketat atas masalah rasial dalam peradilan pidana AS.
Kematian Brown juga menimbulkan unjuk rasa dengan slogan yang terkenal, "Black Lives Matter". Slogan ini kemudian digaungkan dalam sejumlah kasus pembunuhan warga kulit hitam terkenal, di New York, Baltimore, Los Angeles dan Cincinnati.
Sentimen rasisme terus mengemukaLaporan Departemen Kehakiman AS menemukan bahwa polisi seringkali menangkap dan menilang warga kulit hitam. Uang yang didapat dari penangkapan tersebut akan digunakan untuk membangun kota.
 Kematian Brown juga menimbulkan simpati internasional soal rasisme di kalangan polisi AS dengan aksi unjuk rasa dengan slogan yang terkenal, Black Lives Matter.(Reuters/Rick Wilking) |
Selain itu, Departemen Kehakiman AS juga mengungkapkan adanya pola kekerasan berlebihan, seperti penggunaan anjing dan senjata bius listrik terhadap warga kulit hitam yang tidak bersenjata.
Setelah adanya laporan tersebut, kepala polisi kota, pemerintah kota dan hakim pengadilan kota meninggalkan pekerjaan mereka.
Peringatan insiden Ferguson juga dinodai oleh aksi penembakan yang terjadi pada Ahad sore, beberapa blok dari sebuah gereja. Aksi yang sepertinya tidak berkaitan ini melukasi satu orang di bagian kaki.
Selain itu, seorang pemuda berumur 17 tahun ditangkap pada Ahad setelah menembak seorang pria di tempat parkir mal.
(ama/ama)