Facebook, Penunjuk Arah bagi Pengungsi Suriah Menuju Eropa

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2015 08:28 WIB
Tanpa kompas, pengungsi mengandalkan jejaring sosial Facebook sebagai alat penunjuk arah menuju penyelundup yang diharapkan dapat membawa mereka ke tanah Eropa.
Perang sipil Suriah telah menewaskan 240 ribu orang sejak 2011, sementara jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal mereka dan menjadi pengungsi. (Reuters/Yannis Behrakis)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak tentu arah, para pengungsi dari Timur Tengah hanya ingin keluar dari negara mereka yang penuh konflik menuju Eropa.

Tanpa kompas, mereka mengandalkan jejaring sosial Facebook sebagai alat penunjuk arah menuju penyelundup yang diharapkan dapat membawa mereka ke tanah Eropa.

Media sosial basis Amerika Serikat yang dahulu membantu mobilisasi gerakan Arab Springs kini bertransfromasi menjadi kendaraan bagi para korban perang sipil Suriah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir Reuters, dalam Facebook, para pengungsi dapat menghimpun banyak informasi yang mereka butuhkan, mulai dari harga hingga biaya suap untuk satu perjalanan laut berbahaya menuju Eropa.

Dengan bahasa Arab, para penyelundup pun memajang nomor kontak individu yang akan membawa pengungsi menyeberang ke pulau Yunani terdekat, bahkan langsung ke Eropa.

Berbagai pilihan rute perjalanan aman pun dijabarkan. Untuk menuju Yunani, misalnya, penyelundup menjelaskan perbatasan antara Serbia dan Hungaria yang mudah dijebol. Harga yang harus dibayar oleh pengungsi juga tertera jelas.

Salah satu iklan terbaru menawarkan perjalanan dengan kapal kecil yang tengah bersandar di kota tepi pantai di Turki, Izmir. Untuk mencapai Yunani, pengungsi harus mengucurkan dana sebesar US$1.200 atau setara Rp16,9 juta.

"Perjalanannya besok, 100 persen, sudah pasti. Mereka akan memberikan jaket pengaman gratis," tulis salah satu penyelundup.

Penyelundup lain bahkan menawarkan perjalanan lebih nyaman menggunakan kapal pesiar turis dengan biaya 2.500 Euro atau setara Rp39,7 juta.

Meskipun dengan harga tinggi, mereka berani membayarnya demi kebebasan.

"Saya membutuhkan waktu tiga bulan untuk memutuskan meninggalkan Suriah. Banyaknya keputusasaan setelah bertahun-tahun perang dan pembunuhan yang akhirnya membulatkan tekad saya untuk pergi," kata Hafez, seorang pengungsi dari Damascus.

Jejaring sosial memang memegang peranan penting dalam berbagai gerakan di Arab sejak 2001. Kala itu, jejaring sosial membantu komunikasi para aktivis penentang pemerintah di negara-negara seperti Mesir, Libya, dan Suriah. Melalui media sosial pula, para warga menyiarkan kabar kerusuhan yang terjadi akibat pergerakan tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER