Jakarta, CNN Indonesia -- Catatan dari pejabat di wilayah Bavaria, Jerman, menunjukkan terdapat 104.460 pencari suaka yang tiba di Jerman sepanjang bulan Agustus. Jumlah ini menjadi potret besarnya arus imigran ke Eropa, dan Jerman khususnya, pada tahun ini.
Jerman, negara Eropa yang memiliki hukum soal pencari suaka yang relatif liberal, menjadi salah satu negara Uni Eropa yang menampung pencari suaka terbesar dalam arus imigran tahun ini. Mereka yang melarikan diri dari konflik dan kemiskinan di negara asal menganggap Jerman sebagai tanah yang menjanjikan kehidupan baru yang lebih baik.
Juru bicara untuk Menteri Sosial Bavaria Emilia Mueller mengungkapkan dari Januari hingga Agustus saja, terdapat 13.535 imigran yang terdaftar pada sistem Easy di Jerman. Sistem ini digunakan untuk pendaftaran awal imigran dan pengungsi yang tiba di Jerman, belum termasuk pengajuan suaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari jumlah tersebut, sekitar sepertiga pendaftaran pada Agustus berada di Bavaria.
Eropa tengah menghadapi arus pengungsi terbesar sejak Perang Dunia II. Namun hingga saat ini, Eropa belum juga menemukan solusi yang tepat dalam menangani arus imigran. Ribuan imigran dari Timur Tengah, Asia dan Afrika tewas tenggelam di tengah laut untuk mencapai daratan Eropa.
Tahun ini, Jerman diprediksi menerima sekitar 800 ribu imigran yang mengajukan suaka. Jumlah ini merupakan peningkatan sebanyak empat kali dari tahun lalu.
Sejumlah kota di Jerman kewalahan dengan pendatang baru dan meminta anggaran daerah baru agar dapat menampung dan merawat imigran. Kanselir Jerman, Angela Merkel menyerukan distribusi pencari suaka yang adil di Uni Eropa dan memperingatkan bahwa serangan rasisme terjadi hampir setiap hari di tempat penampungan.
Pada Selasa (1/9) malam, sekitar 40 orang menderita luka ringan setelah seorang pria memaksa masuk tempat pengungsian di kota Massow dan menyemprotkan merica yang menyebabkan masalah pernapasan. Tidak jelas motif dari serangan ini.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Die Zeit, Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere menyatakan bahwa mengintegrasikan pengungsi baru bisa lebih sulit daripada kelompok imigran sebelumnya, karena diperkirakan 20 persen di antaranya diduga buta huruf dan sulit mendapatkan pekerjaan.
"Sekarang kita akan menerima ratusan ribu Muslim Arab dan yang, menurut semua rekan saya di Perancis, memerlukan cara yang sangat berbeda untuk diintegrasikan," kata de Maizierede, dikutip dari Die Zeit.
Jerman adalah rumah bagi sekitar 4 juta Muslim, sebagian besar dengan latar belakang Turki. Jerman telah lama berupaya mengintegrasikan penduduk Turki yang beberapa di antaranya memilih tetap menggunakan bahasa Turki.
(ama)