Jakarta, CNN Indonesia -- Tak cukup beroperasi di salah satu wilayah paling berbahaya di dunia, kini televisi Afghanistan menghadapi ancaman dari kelompok militan Taliban.
Direbutnya Kota Kunduz oleh Taliban bulan lalu, adalah kemenangan besar bagi kelompok itu dalam 14 tahun setelah invasi Amerika Serikat pada 2001.
Kini Taliban mengeluarkan ancaman bagi dua televisi swasta, Tolo News dan 1 TV, menganggap mereka sebagai “objek militer.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua stasiun televisi itu sebelumnya melaporkan dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh militan taliban selama pertempuran di Kunduz. Taliban marah mendengar laporan itu, dan menuduh televisi tersebut sebagai ujung tombak kampanye propaganda yang disponsori Amerika Serikat.
Wartawan dan kantor televisi itu akan dianggap sebeagai "musuh personil" dan akan "dihilangkan".
Tolo News, saluran berita pertama Afghanistan yang mengudara selama 24 jam, menjadi salah satu organisasi yang paling aktif melaporkan kejadian di sekitar Afghanistan.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, saya belum pernah melihat ini," kata direktur, Lotfullah Najafizada.
Tolo News menegaskan bahwa mereka melaporkan dengan teliti dan memberikan semua sisi pertempuran Kunduz, termasuk memungkinkan hak jawab bagi juru bicara Taliban.
"Bagi kami, itu adalah cerita terbesar dalam 14 tahun terakhir," kata Najafizada dalam sebuah wawancara di kantor yang kini dijaga ketat di Kabul. "Kami mengirimkan tim terbesar kami ke kota (Kunduz). Sekitar 10 wartawan berada di lapangan.”
Tak pelak ancaman ini menunjukkan situasi berbahaya yang dihadapi oleh jurnalis lokal, menambah tantangan yang sudah mereka hadapi sebelumnya. Menurut Reporters Without Borders, Afghanistan menduduki peringkat 122 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia.
(stu)