Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia menyatakan siap membantu pasukan oposisi Suriah, Free Syrian Army, FSA. Selain itu, Rusia juga mendorong dilakukannya pemilu parlemen dan presiden di Suriah.
Diberitakan Reuters, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pasukan udara mereka yang saat berada di Suriah siap membantu FSA sebagai kelompok pemberontak moderat untuk melawan militan bersenjata konservatif dan ekstrem di negara itu.
Namun bantuan ini, kata dia, baru bisa diberikan jika Rusia mengetahui wilayah persembunyian para militan FSA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FSA adalah salah satu faksi militan di Suriah yang menginginkan rezim Bashar al-Assad segera tumbang. FSA juga terlibat dalam pertempuran antar kelompok oposisi, terutama dalam melawan ISIS di Suriah.
Selain menawarkan bantuan, Lavrov juga menegaskan bahwa Rusia mendukung pemilu di Suriah. Pernyataan Lavrov ini disampaikan sehari setelah pertemuan di Wina dengan Amerika Serikat, Turki dan Arab Saudi untuk mencari solusi politis perang sipil di Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun.
Rusia mendorong juga keterlibatan Iran dalam perundingan mendatang.
Menanggapi tawaran bantuan dari Rusia, FSA pesimistis. Komandan FSA mengatakan bahwa mereka juga merupakan salah satu korban serangan udara Rusia. Padahal Rusia mengatakan bahwa mereka mengincar ISIS.
"Saya tidak akan berbicara dengan pembunuh," kata Hassan Haj Ali, komandan kelompok militan Liqa Suqour al-Jabal yang berafiliasi dengan FSA.
Hal yang sama disampaikan oleh Ahmed al-Seoud, komandan divisi ke-13 FSA.
"Rusia menyerang faksi FSA dan sekarang ingin bekerja sama dengan kami, sementara masih mendukung Assad? Kami sama sekali tidak mengerti isi pikiran mereka," kata dia.
Soal pemilu Suriah, hal itu juga dianggap sebagai omong kosong belaka. Bashar al-Zoubi, kepala politik Pasukan Yarmouk yang juga terkait FSA mengatakan sebagian besar warga Suriah telah mengungsi, sementara sisanya dipenjara atau diburu pemerintah.
"Jika Rusia serius mencari solusi maka mereka harus memaksa Assad dan kelompoknya turun, serta bekerja meciptakan transisi kekuasaan yang damai di Suriah," kata Zoubi.
Rusia telah melancarkan 934 operasi militer dan menghancurkan 819 target di Suriah sejak misi dimulai 30 September lalu.
(den)