Pnom Penh, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Kamboja mengutuk aksi kekerasan yang dialami oleh dua anggota parlemen oposisi. Ia mengatakan kalau aksi tersebut murahan, tidak termaafkan dan hanya semakin menyulut provokasi terhadap aksi protes di jalan yang merusak citra negara.
Dalam pidatonya di televisi, Hun Sen mengingatkan agar rakyatnya tetap tenang dan memperingatkan kalau pelaku penyeretan dan pemukulan dari dalam mobil dua anggota parlemen akan dihukum seberat-beratnya.
Pidato Hun Sen di televisi terhitung singkat, hanya berdurasi 11 menit, padahal biasanya ia berpidato hingga berjam-jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak akan memberikan toleransi dan maaf untuk sang pelaku," katanya.
"Siapapun mereka, apakah mereka pendukung Partai Rakyat Kamboja (CPP), pendukung pemerintah, pendukung partai oposisi, mereka yang melakukan aksi murahan itu akan dihukum," lanjutnya.
Dua anggota parlemen dari Partai Nasional Penyelamatan Kamboja (CNRP) mengalami aksi kekerasan oleh para pengunjuk rasa di luar gedung pemerintahan.
Aksi tersebut menambah daftar panjang ketegangan antara dua partai besar di Kamboja ini. Konflik tersebut bermula dari CPP yang meminta CNRP untuk menyudahi pemboikotan parlemen.
CNRP memboikot parlement dari pertengahan 2013-2014 sebagai protes terhadap pemilu yang telah diatur.
Partai ini mengganggu pemerintahan Hun Sen melalui aksi demonstrasi dan mogok buruh, yang terkadang berubah menjadi bentrokan dengan kekerasan.
Partai oposisi ini kembali ke parlemen tahun lalu sebagai imbalan atas kekuatan badan legislatif yang lebih besar dan jumlah kursi yang sama di komisi pemilu, tetapi meski ada “budaya dialog baru ini” kedua kubu belakangan kembali bertikai.
Selama ini Hun Sen sering terlibat perang pendapat dengan CNRP, yang menganggap Hun Sen sebagai antek Hanoi. Hun Sen sempat mengatakan kalau jika CNRP menang pemilihan umum pada 2018, Vietnam akan kembali ke perang saudara.
(ard)