Deportasi Pengungsi ke China, PBB Kritik Thailand

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2015 05:56 WIB
Badan pengungsi PBB, UNHCR, memprotes keputusan Thailand yang mendeportasi dua pengungsi terdaftar ke China pada Rabu (18/11).
Ilustrasi (Thinsktock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan pengungsi PBB, UNHCR, memprotes keputusan Thailand yang mendeportasi dua pengungsi terdaftar ke China pada Rabu (18/11).

UNHCR mengatakan bahwa dua pengungsi itu berada di bawah “surat perlindungan” PBB.

Mereka sedang menunggu untuk kembalin ke Kanada, dan akan diterima sebagai pengungsi, saat mereka ditahan oleh otoritas Thailand.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Orang-orang ini diakui sebagai pengungsi, berarti bahwa mereka telah diwawancara dan klaim penganiayaan yang mereka terima telah ditemukan sah,” kata Vivian Tan, juru bicara regional UNHCR.

“Mereka tak seharusnya dikirim balik ke tempat di mana hidup mereka berada dalam bahaya,” tambahnya.

Otoritas Thailand menolak berkomentar terkait surat perlindungan PBB pada Kamis (19/11), namun mengatakan bahwa kedua pria itu dikirim balik karena mereka masuk ke Thailand secara ilegal.

“Kami telah mengambil setiap langkah sesuai dengan hukum Thailand,” kata Jenderal Thawip Netniyom, Sekjen Dewan Keamanan Nasional Thailand.

"Yang kami tahu adalah bahwa mereka tampaknya merupakan pembangkang dari pemerintah China. Kami tidak tahu tentang pelanggaran mereka yang lain."

Di Washington, Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan kedua pria itu bisa dalam bahaya jika mereka kembali ke China.

"Kami sangat prihatin bahwa Thailand telah mengirim dua pengungsi China yang terdaftar di UNHCR  kembali ke China di mana mereka bisa menghadapi perlakuan kasar, penahanan sewenang-wenang dan kurangnya proses hukum," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby.

UNHCR tidak mengidentifikasi aktivis atau kebangsaan mereka, tetapi seorang pejabat di sebuah Pusat Penahanan Imigrasi di Bangkok memberikan rincian kasus mereka.

Jiang Yefei dan Dong Guangping ditangkap pada 28 Oktober menyusul permintaan dari China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan masalah ini sedang ditangani "sesuai dengan hukum".

Para jenderal Thailand telah menciptakan hubungan yang lebih hangat dengan China sejak merebut kekuasaan pada kudeta 2014. Kudeta secara luas dikecam oleh negara-negara Barat, yang menurunkan hubungan diplomatik, namun junta yang berkuasa mengklaim mendapat dukungan dari China.

Thailand belum menandatangani konvensi pengungsi Jenewa 1951, dan juga tidak memiliki hukum spesifik soal pengungsi.

"Dengan mengirimkan orang-orang ini kembali ke China, di mana mereka bisa menghadapi penyiksaan, Thailand mengulangi catatan buruk pada pengungsi," kata Sunai Phasuk, seorang peneliti Thailand di Human Rights Watch.

Thailand mendeportasi sekitar 100 Muslim Uighur ke China pada Juli lalu, menarik kecaman dari Amerika Serikat dan lain-lain.

Uighur adalah etnis yang berbicara bahasa Turki di wilayah Xinjiang, barat China.

Petugas imigrasi Thailand mengatakan kedua orang yang dideportasi bukan orang Uighur. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER