Jakarta, CNN Indonesia -- UNICEF mengatakan bahwa sekitar setengah juta anak-anak di Afrika Tengah membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat. Anak-anak di bawah usia lima tahun bahkan mengalami malnutrisi.
Negara berpenduduk mayoritas Kristen itu jatuh ke dalam jurang konflik pasca kaum pemberontak Seleka Muslim merebut kekuasaan via kudeta tahun 2013.
Sejak itu, kekerasan sektarian meletus satu per satu, termasuk kerusuhan dua bulan lalu di ibu kota Bangui, ketika penduduk beragama Islam melakukan aksi balas dendam atas pembunuhan seorang Muslim. Peristiwa itu merupakan kekerasan terburuk yang terjadi tahun ini di Afrika Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut badan anak-anak PBB, UNICEF, pada Jumat (27/11), sekitar 2 juta anak terdampak oleh kekerasan sejak Desember 2012, sementara 1,2 juta lainnya kini butuh bantuan darurat.
"Kekerasan yang mewabah di negara ini telah memberi dampak yang sangat menghancurkan hidup anak-anak," kata perwakilan UNICEF di Afrika Tengah, Mohammed Fall. "Bantuan kemanusiaan saat ini sangat melimpah. Tetapi kami butuh akses dan dukungan internasional yang lebih besar untuk bisa menggapainya."
UNICEF menambahkan, setidaknya 400 ribu orang tewas dan setengah juta orang terpaksa mengungsi ke negara lain akibat kekacauan yang berlarut-larut itu. Ketidakamanan dan serangan terhadap sejumlah konvoi belakangan ini juga telah menghambat penyaluran dan aktivitas bantuan.
Konflik antara milisi Kristen dan faksi Seleka yang Muslim menjadi kekhawatiran menjelang pemilu akhir Desember mendatang yang sempat tertunda karena seharusnya berlangsung Oktober silam.
Tahun ini, dari total US$70,9 juta (Rp954 miliar), UNICEF telah menggalang US$37 juta (Rp497 miliar) untuk memberi bantuan penyelamatan bagi anak-anak di Afrika Tengah.
(stu)