Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia mengeluarkan larangan bagi badan amal prodemokrasi milik miliarder dan filantropis George Soros, menganggapnya sebagai ancaman bagi Rusia.
Dalam pernyataan yang dirilis Senin (30/11), Kantor Jaksa Agung Rusia mengatakan dua cabang jaringan amal Soros—Open Society Foundations dan Open Society Institute Assistance Foundation—akan dimasukkan ke dalam “daftar setop” organisasi nonpemerintah milik asing yang aktivitasnya “tidak diinginkan” oleh negara Rusia.
"Ditemukan bahwa aktivitas Open Society Foundations dan Open Society Institute Assistance Foundation merupakan ancaman terhadap dasar-dasar sistem konstitusional Federasi Rusia dan keamanan negara," kata pernyataan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tetapi Soros, yang lahir di Hungaria, awal tahun ini mendesak negara Barat untuk meningkatkan bantuan ke Ukraina. Ia menguraikan langkah-langkah menuju paket pembiayaan US$50 miliar yang menurutnya harus dilihat sebagai benteng melawan semakin agresifnya Rusia.
Open Society Foundation mengatakan "kecewa" atas keputusan Rusia.
"Bertentangan dengan tuduhan kejaksaan Rusia, Open Society Foundations telah, selama lebih dari seperempat abad, membantu untuk memperkuat aturan hukum di Rusia dan melindungi hak-hak semua," kata Open Society dalam sebuah pernyataan.
"Di masa lalu, upaya kami telah disambut oleh para pejabat dan warga Rusia, dan kami menyesalkan perubahan yang telah menyebabkan pemerintah menolak dukungan kami kepada masyarakat sipil Rusia dan mengabaikan aspirasi rakyat Rusia," lanjutnya.
Soros, sementara itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah, "Kami yakin bahwa langkah ini adalah penyimpangan sementara; aspirasi rakyat Rusia untuk masa depan yang lebih baik tidak bisa ditekan dan akhirnya akan berhasil."
Soros mendirikan Open Society Foundations pada 1979 ketika perusahaan investasinya telah mencapai sekitar US$100 juta dan kekayaan pribadinya telah mencapai sekitar US$25 juta. Soros memulai kegiatan filantropis dengan memberikan beasiswa kepada warga kulit hitam Afrika Selatan di bawah apartheid.
Soros, 85, sekarang mendanai jaringan yayasan yang mendukung hak asasi manusia, kebebasan berekspresi dan akses terhadap kesehatan masyarakat dan pendidikan di 70 negara di seluruh dunia.
(stu)