Suplai Senjata, Tetangga Penembak California Didakwa

CNN Indonesia
Jumat, 18 Des 2015 09:42 WIB
Tetangga pelaku penembakan massal di San Bernardino didakwa karena menyuplai senjata dan merencanakan serangan terorisme di AS.
Mengenakan borgol dan kaos warna krem, Marquez muncul di pengadilan federal di Riverside, California, untuk sidang singkat pada Kamis (17/12). (Reuters/Bill Robles)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mantan tetangga pasangan penembak di fasilitas disabilitas di San Bernardino, California, Amerika Serikat, ditahan atas tuduhan menyuplai senjata.

Enrique Marquez, 24, adalah teman Syed Rizwan Farook, 28, yang meluncurkan serangan pada 2 Desember bersama istrinya, Tashfeen Malik, 29, menewaskan 14 orang rekan kerja Farook yang sedang melangsungkan pesta Natal.

Marquez mengatakan kepada penyelidik dia dan Farook merencanakan penembakan massal itu, menurut keterangan jaksa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaksa AS Eileen Decker mengatakan dua orang itu berkonspirasi untuk melakukan serangan terhadap sasaran termasuk ke perguruan tinggi California dan jalan tol saat jam sibuk.

"Meskipun rencana ini tidak dilakukan, tindak pidana Marquez sangat berpengaruh kepada San Bernardino...dan seluruh Amerika Serikat ketika senjata yang dibeli oleh Marquez digunakan untuk membunuh 14 orang tak bersalah dan melukai banyak yang lain," kata Decker dalam pernyataan tertulis.

Decker mengatakan tidak ada bukti bahwa Marquez ambil bagian dalam serangan San Bernardino atau mengetahuinya sebelum insiden terjadi.

Mengenakan borgol dan kaos warna krem, Marquez muncul di pengadilan federal di Riverside, California, untuk sidang singkat pada Kamis (17/12).

Kemungkinan jaminan Marquez akan dibahas pada 21 Desember, dan sidang pendahuluan dijadwalkan pada 4 Januari. Jika terbukti bersalah, Marquez terancam hukuman 35 tahun penjara atas tiga dakwaan.

Menurut surat pernyataan FBI, Marquez dan Farook bertemu pada 2005 ketika Marquez menjadi tetangga Farook di Riverside, California.

Farook memperkenalkan ideologi Islam radikal kepada Marquez, menurut jaksa, dan pada 2011 Marquez menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah Farook untuk mendengarkan ceramah dan menonton video dengan konten ekstrimis.

Pada saat itu, kedua orang tersebut mulai merencanakan serangan dengan pistol dan bom. Marquez juga mengatakan kepada para penyelidik bahwa target mereka termasuk perpustakaan atau kantin di Riverside Community College, di mana mereka berdua pernah bersekolah.

Dia dan Farook juga berencana meledakkan bom pipa di jalan tol State Route 91 selama jam sibuk di sore hari, dan lalu berencana menembak kru penegak hukum dan petugas darurat saat mereka tiba.

Jaksa mengatakan mereka membeli senjata, amunisi dan peralatan taktis. Marquez mengatakan kepada para penyelidik ia setuju untuk membeli senjata karena "penampilannya yang Kaukasia," sementara Farook, anak kelahiran AS dari imigran Pakistan, “terlihat [seperti orang] Timur Tengah."

Dia membeli senapan Smith dan Wesson M & P-15 Sport pada November 2011 dan senapan model DPMS A-15 pada Februari 2012, masing-masing seharga sekitar US$750 setara Rp10 juta.

Marquez juga membeli bahan peledak, khususnya bubuk tanpa asap, sebagai bagian dari rencana mereka "untuk membuat bom dan melakukan pembunuhan massal,” menurut afidavit FBI.

Awal tahun 2012, dua orang itu terus mempersiapkan diri dengan mengunjungi tempat latihan menembak. Setelah tahun itu, jaksa mengatakan, Marquez menjauhkan diri dari Farook dan berhenti bersekongkol dengannya.

Menenelpon 911 pascaserangan

Menurut jaksa, Farook pergi ke pesta yang dihadiri rekan kerjanya, menempatkan tas berisi bom pipa di atas meja, sebelum ia dan istrinya kembali dan melepas tembakan.

Bom itu tidak meledak, tapi kontrol detonator jarak jauh ditemukan di dalam mobil mereka setelah mereka tewas dalam baku tembak dengan polisi.  

Affidavit mengungkap Marquez dan Farook belajar untuk membuat alat peledak improvisasi dari Inspire Magazine, majalah propaganda resmi milik al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP).

Beberapa jam setelah pembantaian, Marquez yang tertekan menelepon 911 dan mengatakan ia ingin bunuh diri. Ia juga mengatakan bahwa Farook menggunakan senjata yang dibeli olehnya.

"Mereka bisa melacak semua senjata itu ke saya," kata Marquez kepada operator 911.

Marquez, yang telah memeriksa dirinya ke rumah sakit jiwa di Los Angeles tak lama setelah penembakan, memiliki koneksi ke Farook dan Malik dan dengan cepat menjadi tokoh kunci dalam penyelidikan serangan San Bernardino.

FBI yang menangani perkara terkait terorisme menggerebek rumahnya dan menanyainya selama beberapa hari. Sumber mengatakan Marquez bekerja sama selama interogasi.

Marquez juga didakwa karena menipu pihak imigrasi AS dengan melangsungkan pernikahan palsu dengan seorang wanita Rusia di keluarga Farook sehingga ia bisa tinggal di AS.

Pada 2014, catatan negara menunjukkan, Marquez menikah dengan seorang wanita Rusia yang merupakan adik dari istri kakak Farook.

Tetangganya mengatakan mereka terkejut mengetahui ia telah menikah, karena tidak pernah melihat dia dengan seorang wanita. Jaksa mengatakan Marquez dibayar US$200 per bulan dalam skema penipuan pernikahan ini.

FBI mengatakan Farook dan Malik adalah pendukung ISIS, dan bahwa mereka telah membahas isu syahid lewat internet bahkan sebelum mereka bertemu.

Serangan San Bernardino kembali mendorong AS meningkatkan kewaspadaan, terutama karena terjadi hanya beberapa minggu setelah kelompok bersenjata yang terkait dengan ISIS menyerang Paris dan menewaskan 130 orang.

Presiden Barack Obama dijadwalkan mengunjungi San Bernardino pada Jumat (18/12) untuk bertemu secara pribadi dengan keluarga korban.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER