Untuk Rebut Mosul, Militer Irak Butuh Bantuan Kurdi

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 29 Des 2015 22:08 WIB
Menteri Keuangan Irak, Hoshiyar Zebari mengungkapkan bahwa militer Irak akan membutuhkan bantuan pejuang Kurdi untuk merebut kembali kota Mosul.
Mengingat luasnya wilayah yang harus diamankan di sekitar Mosul selama serangan, tentara Irak juga mungkin perlu menarik dukungan dari pejuang Kurdi. (Reuters/Ari Jalal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Irak, Hoshiyar Zebari mengungkapkan bahwa militer Irak akan membutuhkan bantuan pejuang Kurdi untuk merebut kembali kota Mosul, kota terbesar di Irak yang kini berada di bawah kendali kelompok militan ISIS. Zebari menyebutkan bahwa pelaksanaan serangan terhadap ISIS yang sudah direncanakan sebelumnya akan sangat menantang.

Mosul berjarak sekitar 400 km sebelah utara Baghdad. Kota ini ditunjuk oleh pemerintah sebagai target serangan udara berikutnya untuk angkatan bersenjata Irak, setelah mereka berhasil merebut kembali kota Ramadi di wilayah barat.

"[Merebut] Mosul membutuhkan perencanaan yang baik, persiapan, komitmen dari semua pemain kunci," kata Zebari, yang merupakan seorang warga etnis Kurdi, dalam wawancara pada Senin (28/12) di Baghdad.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Peshmerga merupakan kekuatan utama; Anda tidak dapat merebut Mosul tanpa Peshmerga," katanya kepada Reuters, merujuk pada angkatan bersenjata Kurdistan Irak, sebuah otonomi di wilayah utara yang dekat dengan Mosul.

Sebelum jatuh ke tangan ISIS pada Juni lalu, kota Mosul yang sebagian besar dihuni oleh Muslim Sunni ini memiliki populasi sekitar dua juta penduduk. Kota ini masuk dalam cengkraman ISIS dalam upaya pelebaran sayap kelompok militan ini ke wilayah utara dan barat Irak.

Zebari menyebut serangan ke Mosul akan "sangat, sangat menantang. Ini tidak akan menjadi operasi yang mudah, karena mereka telah memperkuat dini, tetapi [operasi] ini bisa dilakukan."

Dia menilai bahwa mengingat luasnya wilayah yang harus diamankan di sekitar Mosul selama serangan, tentara Irak juga mungkin perlu menarik dukungan dari pasukan lokal Sunni lokal dan mungkin kelompok Syiah, Popular Mobilization.

Kelompok yang dikenal sebagai Hashid Shaabi dalam bahasa Arab ini merupakan koalisi dari Iran yang mendukung milisi Syiah yang dibentuk untuk melawan ISIS. Kelompok ini dilarang beroperasi selama seminggu untuk untuk menghindari ketegangan dengan populasi Sunni dalam operasi merebut Ramadi.

Kota Ramadi yang berhasil direbut oleh tentara Irak menandai keberhasilan besar pertama dari pasukan yang dilatih AS yang awalnya melarikan diri ketika menghadapi ISIS sekitar 18 bulan lalu.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan bahwa ISIS akan dikalahkan pada tahun 2016 dengan perencanaan militer untuk merebut Mosul.

"Kami datang untuk membebaskan Mosul dan itu akan menjadi pukulan fatal dan terakhir bagi Daesh," katanya sembari memuji "kemenangan" tentara di Ramadi.

Merebut kembali Mosul akan menandai akhir dari kekhalifahan yang diproklamasikan oleh ISIS di wilayah Sunni yang berdekatan dengan Irak dan Suriah, menurut Zebari.

"Ini adalah wilayah di mana Abu Bakr al-Baghdadi menyatakan kekhalifahan. Secara harfiah ini ibu kota mereka," katanya melanjutkan.

Menurut TV Kurdi, Rudaw, Presiden Kurdi Irak, Massoud Barzani, membahas sejumlah rencana untuk pembebasan Mosul dengan Letnan Jenderal Tom Beckett, penasihat senior pertahanan Inggris, pada bulan September lalu. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER