Perdana Menteri Pertama China Diduga Seorang Gay

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 13:27 WIB
Buku yang akan diterbitkan di Hong Kong mengungkapkan perdana menteri pertama China Zhou Enlai semasa muda pernah jatuh cinta kepada seorang siswa.
Enlai Zhou merupakan perdana menteri dari era revolusi pada Oktober 1949 yang membawa Partai Komunis berkuasa sampai kematiannya akibat kanker pada 1976, beberapa bulan sebelum kematian pendiri China modern, Mao Zedong. (Reuters/China Daily/Files)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah buku yang akan diterbitkan di Hong Kong saat tahun baru mengungkapkan bahwa perdana menteri pertama China dan tokoh komunis China yang sangat dihormati, Zhou Enlai diduga kuat merupakan seorang gay, meskipun memiliki seorang istri. Buku ini mengungkapkan bahwa Zhou muda pernah jatuh cinta kepada seorang teman sekolahnya, seorang siswa yang dua tahun lebih muda darinya.

Dugaan Enlai seorang gay tentu saja akan menjadi isu kontroversial di China, negara yang dikendalikan oleh Partai Komunis yang kerap kali tidak membuka persoalan pribadi para pemimpinnya. Di China, homoseksualitas dianggap tabu, meskipun kaum gay tidak lagi menerima tekanan dari negara.

Penulis buku "Rahasia Emosional Kehidupan Zhou Enlai," Tsoi Wing-mui berbasis di Hong Kong dan merupakan mantan editor di majalah politik liberal. Meski kerap kali menulis bertema gay, ini merupakan buku pertama Tsoi yang bertema homoseksualitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsoi kembali membaca sejumlah surat dan buku harian Zhou dan istrinya, Deng Yingchao yang sudah dipublikasikan secara umum, termasuk sejumlah materi yang merinci rasa sayang Zhou kepada seorang teman sekolahnya dan menjauhnya istri Zhou secara emosional. Dari materi ini lah Tsoi menyimpulkan Zhou diduga kuat seorang gay.

Zhou merupakan perdana menteri dari era revolusi pada Oktober 1949 yang membawa Partai Komunis berkuasa sampai kematiannya akibat kanker pada 1976, beberapa bulan sebelum kematian rekannya yang revolusioner Mao Zedong, pendiri China modern.

Reuters memperoleh kutipan dari buku Tsoi yang berbahasa China dan diterbitkan oleh rumah penerbitan yang sama dengan buku harian rahasia mantan kepala Partai Komunis Zhao Ziyang, yang digulingkan setelah insiden berdarah terhadap demonstran pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen tahun 1989.

Sejumlah buku Tsoi sebelumnya diterbitkan oleh Partai Komunis pada 1998 untuk menandai peringatan 100 tahun kelahiran Zhou. Buku tersebut berisi esai publik dan pidato Zhou serta buku hariannya, sejumlah surat, puisi, novel dan tesisnya pada periode 1912-1924.

"Zhou Enlai adalah seorang politikus gay yang mengalami nasib sial karena lahir 100 tahun lebih awal," tulis Tsoi dalam bukunya.

Kepada Reuters, Tsoi mengungkapkan arti sebenarnya dari sejumlah buku harian Zhoi yang memiliki makna tersembunyi. Hingga saat ini, belum ada pakar sejarah China yang mengaitkan homoseksulitas dengan Zhou, menurut Tsoi, karena subyek homoseksualitas tidak mereka ketahui.

"Ketika penulis China daratan membaca materi ini, mereka tidak akan mempertimbangkan kemungkinan homoseksualitas," kata Tsoi.

Gay tidak dilarang di China, dan di kota-kota besar di China, homoseksualitas merupakan tema yang biasa dijumpai. Meski demikian, masih banyak tekanan dari keluarga konvensional China bagi para pria dan wanita gay untuk menikah dan memiliki anak.

Sejumlah selebriti China juga dapat mengaku soal homoseksualitas mereka di depan umum, tetapi sejauh ini tidak ada pejabat China yang mengaku gay di publik.

Tsoi sudah memperkirakan bahwa bukunya akan dilarang beredar di China, negara yang kerap kali tidak mempublikasikan rincian kehidupan pribadi yang kontroversial soal pemimpin senior mereka.

Geo Wenqian, penulis biografi Zhou yang berbasis di AS menyadari adanya spekulasi tentang seksualitas Zhou, tapi sulit untuk mengatakan dengan pasti apakah dugaan itu benar.

"Sebenarnya tidak banyak informasi tentang hal itu. Tidak ada cara untuk memastikan," kata Gao Reuters.

Kantor Dewan Informasi Negara atau kantor juru bicara kabinet belum berkomentar soal hal ini. Kantor Penelitian Sejarah Partai Komunis juga menolak untuk berkomentar.

Buku ini mengungkapkan bahwa Zhou memiliki rasa sayang kepada Li Fujing, teman sekolahnya yang dua tahun lebih muda.

Dalam buku hariannya, seperti dikutip dari buku Tsoi, Zhou menulis bahwa dia tidak bisa melewatkan satu hari tanpa Li. Zhou juga menulis bahwa Li bisa "mengubah kesedihan menjadi kegembiraan."

Zhou dan Li tinggal di asrama yang sama dari 1917 dan "bahkan bayangan mereka pun tak terpisahkan", tulisnya. Li meninggal pada 1960.

Zhou menikah dengan Deng Yingchao pada 1925. Mereka tidak dikaruniai anak.

"Tidak ada perasaan romantis," dan itu adalah "pernikahan di atas kertas saja. Dia tidak pernah jatuh cinta dengan istrinya," tulis Tsoi.

Deng merupakan ketua badan penasehat parlemen China periode 1983-1988. Dia meninggal pada 1992. (ama/den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER