China Desak Diplomat dan PBB Boikot Dalai Lama di Jenewa

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2016 05:16 WIB
Pemerintah China mendesak para diplomat dan pejabat PBB untuk tidak menghadiri acara di Jenewa yang akan dihadiri oleh Dalai Lama.
China memandang Dalai Lama sebagai tokoh separatis, namun pemimpin spiritual Tibet menyatakan dia hanya menginginkan otonomi untuk tanah airnya. (Reuters/Dylan Martinez)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China mengirimkan surat kepada para diplomat dan pejabat PBB untuk mendesak mereka tidak menghadiri acara di Jenewa yang akan dihadiri oleh Dalai Lama. China kembali menegaskan bahwa mereka menentang penampilan Dalai Lama di semua tempat karena "kegiatan separatisnya."

Dalai Lama, yang memenangkan Nobel Perdamaian pada 1989, melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal terhadap pemerintahan Komunis. China memandang Dalai Lama sebagai tokoh separatis, namun pemimpin spiritual Tibet menyatakan dia hanya menginginkan otonomi untuk tanah airnya.
Dalam sebuah surat yang dilihat oleh Reuters pada Kamis (10/3), misi diplomatik China di Jenewa menyatakan keberatan terhadap keberadaan pemimpin spiritual Tibet dalam panel para pemenang Hadiah Nobel yang diadakan di Jenewa Graduate Institute.

"Mengundang Dalai Lama ke-14 ke acara tersebut melanggar kedaulatan dan integritas teritorial China, yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB. China dengan tegas menentang kegiatan separatis Dalai Lama ke-14 dalam kapasitas apapun dan dengan nama apapun di negara manapun dalam organisasi atau acara apapun, "katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat itu tertanggal 8 Maret, hari yang sama dengan pengumuman acara yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Kanada itu.
"Utusan Tetap China dengan ramah meminta Utusan Tetap semua Negara Anggota, instansi PBB dan orgasnisasi internasional terkait untuk tidak menghadiri acara tersebut di atas, atau bertemu dengan Dalai Lama ke-14 dan rekannya," bunyi surat dari misi diplomatik China di Jenewa.

Terkait hal ini, juru bicara PBB di Jenewa, Ahmad Fawzi menegaskan bahwa sejumlah lembaga dan kantor PBB di kota Swiss menerima surat tersebut. "Kami mencatat tapi tentu saja kami tidak terikat oleh instruksi dari negara-negara anggota," katanya.

Sementara, juru bicara pemerintah AS yang tak dipublikasikan namanya menolak mengomentari surat tersebut dan menyatakan bahwa pertukaran surat diplomatik tidak dapat dipublikasikan.

Direktur Jenewa Graduate Institute, Philippe Burrin, menyatakan bahwa mereka menerima "tekanan dari berbagai sisi" tapi acara itu tidak akan dibatalkan.
"Ini adalah pertanyaan dari kebebasan berekspresi dan kebebasan akademik untuk menyelenggarakan acara," katanya kepada Reuters.

"Ini bukan acara tentang Tibet, ini juga bukan tentang hal yang sensitif secara politis, seperti masalah teritorial, tetapi soal peran masyarakat sipil dalam mempromosikan hak asasi manusia," katanya.

Pada sesi tahunan Dewan HAM PBB, tidak delegasi yang menyatakan keluhan resmi tentang China, meskipun sejumlah kritik terhadap China menccuat menyusul penangkapan masal sejumlah pengacara, termasuk dari Amerika Serikat.
Duta Besar AS untuk Dewan HAM PBB, Keith Harper bahkan meluncurkan pernyataan bersama yang didukung sejumlah negara yang berisi kritikan tajam atas tindakan China tersebut, pada Kamis (10/3).

Utusan tetap China menolak kritikan tersebut dan menyatakan Amerika Serikat adalah negara munafik yang bersalah karena sejumlah kejahatan termasuk pemerkosaan dan pembunuhan warga sipil.

Wakil Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Kate Gilmore, yang akan menjadi moderator panel pada acara Jenewa Graduate Institute, diyakini akan menjadi salah satu pejabat senior PBB pertama untuk bertemu dengan Dalai Lama.

Kamis (10/3) merupakan peringatan 57 tahun pemberontakan damai rakyat Tibet terhadap invasi dan pendudukan China di Tibet. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER